Pakar Pragmatics PBI UAD Bahas Parenting and Parenting Language
YOGYA – Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan Webinar Series bertema “Parenting and Parenting Language: Pragmatic Approach” (Pengasuhan dan Bahasa Pengasuhan dalam Tinjauan Pragmatik). Dr. Surono, M.Hum. (Dosen PBI UAD) menjadi pembicara dan selaku moderator Novia Nuryany, M.Pd., Kepala SD Muhammadiyah Karangkajen, Yogyakarta.
Webinar diadakan secara virtual melalui zoom meeting dan livestreaming di Channel resmi YouTube PBI UAD dan dihadiri guru dari jenjang SD, SMP, dan SMA, orang tua, mahasiswa, dan alumni PBI UAD, serta masyarakat umum.
Dr. Ani Susanti, M.Pd.B.I., Kaprodi PBI UAD, mengatakan bahwa parents bukan hanya berarti orang tua secara biologis, tetapi juga pengasuh. “Seorang pengasuh berarti lebih luas, seperti orang tua, guru, kakak, serta orang lebih dewasa yang memiliki tanggung jawab dalam mengasuh. Maka dari itu webinar kali ini cukup penting dan diharapkan dapat membantu dalam masalah parenting atau pengasuhan,” katanya saat memberikan sambutan.
Menurut Surono, orang dewasa ketika bicara dengan anak dalam pengasuhan biasa menggunakan bahasa yang sering digunakan ibu-ibu (motherese). Anak akan menyerap apa saja yang didengarnya. Sebagai orang yang bicara kepada anak maka harus hati-hati, terkontrol dan tidak asal.
Menurut para ilmuan, tambahnya, anak belajar bahasa sejak dari dalam rahim “language learning starts in the womb. Ibu hamil harus punya prinsip bicara yang baik karena anak dalam kandungan akan mendengar. “Kalau ibu terbiasa berbahasa dengan baik maka bayi akan merespon dengan baik,” ujarnya.
Surono juga menyampaikan agar bayi dalam kandungan diperdengarkan Al Qur’an. Jika orang tua memilih musik maka cari musik yang baik. Seperti yang disarankan para ilmuan yaitu musik klasik.
Ia menyinggung empat pola asuh Diana Baumrind:
Pertama, pola asuh otoriter (authoritarian parenting). Orang tua secara otoriter mendesak anak untuk mengikuti perintah dan menghormati mereka. Orang tua yang merasa “lebih tahu” mana yang terbaik bagi anak-anaknya.
Kedua, pola asuh demokratis/otoritatif (authotitative parenting). Pola pengasuhan dengan gaya otoritatif bersifat positif dan mendorong anak-anak untuk mandiri, namun orang tua tetap menempatkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka.
Ketiga, pola asuh permisif (permissive parenting). Orang tua dengan gaya pengasuhan menghindari konfrontasi dengan anak. Tidak memberi aturan-aturan yang banyak.
Keempat, tidak terlibat dalam pengasuhan (uninvolved parenting). Biasanya orang tua dengan tipe ini termasuk sibuk sehingga tidak punya waktu banyak untuk mengasuh anaknya, acuh tak acuh.
Surono yang juga pakar dalam bidang linguistik ini menjelaskan, dalam konteks Bahasa Jawa ada beberapa prinsip kesantunan tindak tutur dalam pengasuhan di kelas. Penggunaan prinsip ini disesuaikan dengan tingkat pendidikan siswa misalnya sumanak (friendly), tepa slira (considerate atau tenggang rasa), andhap ashor (humble), nuju prana, ceka aos (brief but clear), empan papan (suit the situation and condition), dan tanggap (responsive). (*)
Bahan berita ini diterima mediamu.com dari rilis PBI UAD
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow