KAPITALISME PERDAGANGAN DAN KAPITALISME RELIGIUS
YOGYAKARTA — Buku yang sekarang hendak dibedah ini, sedikit atau banyak, terinspirasi oleh dua peristiwa skala dunia: kemungkinan kemunduran peradaban AS dengan usaha untuk membendungnya dan sekaligus kebangkitan damai China sebagai salah satu atau satu-satunya pemegang hegemoni baru dunia.
Hal itu dikatakan Suwarsono Muhammad sebelum bedah buku “Arab, Kuno dan Islam: dari Kapitalisme Perdagangan ke Kapitalisme Religius” di Kampus 4 Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Tamanan, Ring Road Selatan, Banguntapan, Bantul, Sabtu (3/2/2018).
Menurut Dr Suwarsono, buku ini merupakan satu buku paling awal dari serangkaian buku dari usaha untuk mengenal perjalanan peradaban Islam. “Mungkin, empat atau lima buah buku lagi,” tandas Suwarsono, yang menambahkan buku itu menggunakan pendekatan sejarah terapan (applied history), ekonomi politik dan perspektif strategi.
Dalam buku itu, komponen strategi sudah ditunjukkan, sekalipun amat sedikit. Dan secara mikro, buku itu memang diarahkan — terutama — untuk mendesain kebangkitan kembali aspek luar dari peradaban Islam: ekonomi, politik, militer, teknologi dan kebudayaan.
“Sependek pengetahuan yang saya miliki, sepertinya belum banyak penulis yang mendedikasikan sepenuhnya satu buku khusus untuk urusan strategi rekonstruksi peradaban Islam, apalagi yang memiliki fokus pada sisi luar peradaban,” papar Suwarsono.
Sementara itu, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Dr H Kasiyarno M.Hum, ketika membuka acara itu, mengatakan, kolaborasi kapitalisme perdagangan dan religius dapat menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. “Bisa dikatakan, kapitalisme perdagangan dan kapitalisme religius masih berjalan sendiri-sendiri,” kata Kasiyarno di depan peserta dan pembedah buku terdiri dari Prof Dr Musa Asyโarie dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Dr Yoyo Bin H Ardi Tahir (dosen UAD Yogyakarta).
Bagi Kasiyarno, kapitalisme yang sudah merebak di mana-mana sebenarnya usaha untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya bagi pribadi tanpa mempedulikan lingkungan. “Di Indonesia juga sudah dikuasi kaum kapitalis yang membuat kesejahteraan masyarakat rendah,โ kata Kasiyarno, yang didampingi Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Urusan Internasional Prof Dr Sarbiran.
Buku ini sangat menarik sekali. Dan, bedah buku di UAD sangat langka, padahal sangat penting. Dalam bedah buku, pasti ada pesan yang disampaikan penulisnya.
“Saat ini, ekonomi dikuasai oleh kapitalis dan bertentangan dengan Pancasila. Karena mereka mengumpulkan modal dan harta serta memperkaya diri,” jelas Prof Dr Achmad Mursyidi, MSc, Apt, Direktur Program Pascasarjana UAD, yang memberi satu catatan bedah buku ini memberi gambaran bahwasanya Islam memberi rahmat bagi kita semua.
Di sisi lain, seperti disampaikan Musa Asy’arie (Ketua Program Doktor Universitas Muhammadiyah Surakarta), buku karangan Suwarsono Muhammad itu kaya referensi ilmiah. “Khususnya dalam konteks sejarah ekonomi, politik dan peradaban. Akan tetapi kurang menyajikan pendalaman teks sama sekali,” kata Musa Asy’arie.
Sebenarnya, seperti dikatakan Musa Asy’arie, buku ini ingin melihat proses jatuh-bangun peradaban dari sudut pandangan ekonomi-politik. “Buku ini akan lebih aktual jika penulisnya mengaitkan dengan disrupsi ekonomi di era digital zaman now,” papar Musa Asy’arie.
Di akhir acara, Yoyo bin H Ardi Tahir, sempat menanyakan pasca the Arab Spring, ke manakah arah masa depan negara-Arab-Islam? “Adakah masih tersisa harapan bahwa peradaban Arab-Islam akan betul-betul bangkit kembali?” kata Yoyo. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow