KUNJUNGI TANA TORAJA: Rektor UAD Yogyakarta Saksikan Kebudayaan Khas Suku Toraja
TANA TORAJA — Dalam rangkaian press tour Forum Wartawan UAD Yogyakarta ke Makassar, Sulawesi Selatan, pada 10-14 Maret 2019 yang dipimpin Rektor UAD Dr H Kasiyarno, M.Hum berkesempatan mengunjungi Tana Toraja.
Rombongan wartawan yang sering meliput kegiatan UAD Yogyakarta itu, sangat menikmati kebudayaan khas suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan, dengan budaya khas Austronesia asli.
Di Toraja, seperti disampaikan Wakil Rektor II UAD Drs Safar Nasir, MSi, Wakil Rektor III UAD Dr Abdul Fadhil, MT dan Kepala Kantor Universitas Dr Hadi Suyono, SPsi, MSi, ada nuansa lain kebudayaan yang unik dan berbeda. Mulai dari rumah adat Tongkonan, upacara pemakaman Rambu Solo dan pekuburan: Goa Londa, Batu Lemo atau Bayi Kambira.
Meskipun saat ini mayoritas masyarakat Toraja banyak yang memeluk agama Protestan atau Katolik, tapi tradisi-tradisi leluhur dan upacara ritual masih terus dipraktikkan.
Toraja atau pun yang lebih terkenal dengan sebutan Tana Toraja adalah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan.
Wilayah ini dikenal sampai mancanegara karena pemandangan alam yang sangat indah serta kebudayaan yang unik. “Membuat Tana Toraja menjadi tempat paling digemari turis lokal maupun internasional,” terang Kasiyarno, Rektor UAD Yogyakarta, Minggu (17/3/2019), didampingi Kepala Humas dan Protokol UAD Ariadi Nugraha.
Tidak heran jika banyak tempat wisata di Toraja selalu ramai dan diincar oleh para pelancong, termasuk rombongan press tour Forum Wartawan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang dipimpin Rektor UAD Dr H Kasiyarno, M.Hum.
Tana Toraja sendiri dikenal dengan penduduknya yang mempunyai keyakinan, aturan-aturan hingga ritual adat yang masih sangat kental melekat pada mereka.
Bahkan hampir semua tempat wisata Tana Toraja memiliki aura mistis, sejarah masa lampau, hingga kepercayaan tertentu. Hal inilah yang membuat rektor, wakil rektor, kepala kantor universitas dan kepala humas UAD serta wartawan berbagai media di Yogyakarta tertarik untuk mengenal Tana Toraja lebih dekat.
“Tempat wisata di Tana Toraja paling indah, menarik, unik, dan sangat berkesan untuk kita kunjungi,” kata Kasiyarno, Rektor UAD Yogyakarta.
Rombongan dari UAD Yogyakarta sempat kunjungi Kete Kesu, Londa, dan melihat upacara pemakaman Rambu Solo.
Berkunjung ke Toraja Utara, kita akan menemukan sebuah desa bernama Kete Kesu yang sangat indah dan unik. Berlokasi sekitar 4 km dari Ratenpao.
Desa ini sudah menjadi sebuah objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh para pelancong, meski terletak pada kawasan perbukitan dan persawahan.
Desa ini memiliki sebuah kompleks rumah adat Tana Toraja yang dikenal dengan Tongkonan: dimanfaatkan sebagai tempat untuk menyimpan mayat sementara sebelum dikebumikan oleh warga setempat.
Di bagian atas tebing Desa Kete Kesu ada kuburan batu yang mirip dengan perahu. Nah, pada kuburan inilah terdapat tulang-belulang dan tengkorak manusia yang sudah meninggal pada zaman dahulu. Jika kita perhatikan di beberapa sisi tebing, akan terdapat berbagai sesajen yang dipercaya sebagai makanan kesukaan orang meninggal tersebut.
Berkunjung ke Tana Toraja tidak sah rasanya kalau belum datang ke Londa, yang merupakan sebuah kompleks kuburan yang berada pada sebuah tebing batu besar.
Lokasinya tak jauh dari Kota Rantepao sekitar 7 km, menjadikan Londa sebagai salah satu taman rekreasi Toraja paling banyak dikunjungi wisatawan.
Londa yang dikelilingi oleh pegunungan menawarkan suasana yang segar dan sejuk ketika kiya berada di sini.
Ada sensasi berbeda saat kita memasuki Londa, yakni nuansa gaib dan suasana dingin akan membuat bulu kuduk kita merinding. Karena terdapat banyak gua serta lubang pada tebing yang sengaja dipahat untuk menempatkan peti mati berisi mayat. Pasalnya, tidak sembarang jenazah boleh diletakkan di sini. Penempatan harus disesuaikan berdasarkan garis keluarga.
Masyarakat Toraja dikenal sebagai pribadi yang sangat menghormati para leluhurnya.
Kabupaten Toraja Utara memiliki banyak rumah adat unik yang dikenal dengan sebutan Tongkonan. Dan kita akan melihat rumah-rumah adat Toraja ini didesain dan didekor semenarik mungkin dengan menggunakan tanduk kerbau yang ditempatkan pada bagian depan Tongkonan.
Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja yang bertujuan untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan.
Upacara ini sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian. Oleh karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini digenapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah” sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman bahkan selalu diajak berbicara.
Di Kabupaten Toraja Utara, kita akan menjumpai sebuah tempat wisata paling menakjubkan dan akan membuat kita betah berlama-lama berada di sini. Batu Tumonga, merupakan salah satu lokasi yang cukup sayang jika anda lewatkan untuk menikmati keindahannya.
Desa yang satu ini menawarkan pemandangan alam dari Kota Rantepao, yang bisa kita saksikan dari ketinggian mencapai 1.300 meter di atas permukaan laut. Karena keberadaannya yang cukup tinggi, banyak orang yang menyebutnya sebagai negeri di atas awan. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow