Kuliah di UAD Tersesat Jadi Terpikat
YOGYAKARTA — Kepala Kantor Urusan Internasional (KUI) UAD Yogyakarta, Ida Puspita, SS, MA.Res, tak menyangka kuliah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta tahun 2000 bisa mengantarkan mimpinya untuk menuju Istana Negara Jakarta.
Dari obrolan antara Danang Sukantar, MPd, Kepala Bidang Pengembangan Kemahasiswaan Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD dan Ida Puspita setelah flashback 15 tahun lalu di tahun 2004, terungkap, tiga hari setelah Ida Puspita mengikuti seleksi pemilihan Mahasiswa Berprestasi Tingkat Nasional di Jakarta membuat perempuan asal Kendari ini memiliki karir yang gemilang.
Terungkap pula jejak-jejak prestasi masa lalu yang dia impikan. “Jasa pak Kasiyarno yang telah membimbingnya dan mas Dwi Santoso, PhD yang menjadi tentor debat bahasa Inggris di UAD,” terang Danang Sukantar, Selasa (28/4/2020).
Berkat bimbingan kedua orang UAD Yogyakarta itu, membuat perempuan asal Kendari ini memiliki karir yg gemilang. Sempat pula menjadi delegasi internasional UAD ke banyak negara.
Bagi Danang, obrolannya dengan Ida Puspita itu sangat perlu diketahui orang agar bisa menginspirasi. “Barangkali ada yang mengalami hal yang sama, hampir sama atau mungkin bisa menginspirasi,” kata Danang.
Ketika ditanyakan soal impiannya ke Istana Negara, Ida yang mendapat bimbingan akademik dari Ibu Ulaya Ahdiani lantas bercerita bahwa itu dilaluinya melalui jalan berliku. “Oh iya benar, jalan saya berliku,” kata Ida Puspita yang mendapat bimbingan skripsi dari Ani Windarti.
Menurutnya, selama 17 tahun Allah SWT baru bisa kabulkan impiannya sejak masa kecil untuk bisa ikut upacara di Istana Negara. Mimpinya bukan mawapres (mahasiswa berprestasi) atau siswa teladan sebenarnya, tapi mau ikut upacara di Istana Negara. “Banyak jalan menuju Roma, akhirnya ya saya coba-coba,” kelakarnya.
Bagi Ida, banyak pihak yang berkontribusi pada dirinya dalam perjalanan menuju Mawapres. “Satu di antaranya pak Danang Sukantar,” jelas Ida.
Dikatakannya, dulu ketika ikut seleksi Paskibraka tidak berhasil. Ikut siswa teladan tidak berhasil juga. Kemudian, iseng-iseng ikut seleksi pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) UAD Yogyakarta.
“Saya sebelumnya tidak pernah tahu apa itu mawapres,” kata Ida Puspita, yang menambahkan dulu tahunya mawapres itu sama dengan mahadisea teladan.
Dan begitu kuliah di UAD Yogyakarta, sebuah perguruan tinggi swasta (PTS) di Yogyakarta, Ida pun sudah memupus untuk tidak pernah punya mimpi bisa ke Istana Negara. “Sudah saya pupus mimpi itu,” ungkapnya.
Ditambahkan Danang Sukantar, setelah Ida Puspita meraih Juara 1 di UAD, Juara 1 Kopertis (sekarang LLDIKTI) Wilayah V DIY, selanjutnya masuk final 16 besar Nasional di Jakarta dan bisa berada di dalam 4 besar, mimpi Ida Puspita untuk pergi ke Istana Negara terwujud sudah.
Menyambung apa yang dikatakan Danang Sukantar, Ida menerangkan pada 17 Agustus 2004 waktu Subuh, dia “digiring” ke Monas (Monumen Nasional). “Dan saya baru tahu kalau ternyata saya diarahkan ke Istana Negara,” kata Ida dengan mata berkaca-kaca.
Sebetulnya, Ida Puspita kuliah di UAD Yogyakarta itu di luar rencananya. Kuliah di UAD Yogyakarta itu tidak pernah ada dalam rencananya. “Semuanya Allah SWT yang bimbing saya,” ungkapnya.
Waktu itu, Ida cuma iseng mampir ke UAD Yogyakarta. “Saya waktu itu hanya menemani teman kos yang mau daftar di UAD dan nanti gantian dia yang menemani saya ke UMY,” kata Ida Puspita.
Akhirnya, temannya itu malah tidak jadi daftar ke UAD Yogyakarta. Tapi dirinyalah yang malah mendaftar ke UAD. “Saya yang hanya menemani dia malah jadi daftar saat itu juga,” kenangnya.
Waktu itu, Ida Puspita duduk di kursi penerimaan mahasiswa baru (PMB) di kampus 1 Jl Kapas Yogyakarta. “Karena lama nunggu teman tidak datang-datang, akhirnya saya memberanikan diri untuk tanya-tanya ke PMB UAD,” papar Ida.
Ketika menanyakan pada PMB UAD itu, di sampingnya ada calon mahasiswa laki-laki. “Gendut anaknya,” kata Ida yang masih ingat sosok calon mahasiswa UAD itu.
Laki-laki itu menulis form pendaftaran di sampingnya. Tanpa sengaja Ida melihat dalam form pendaftaran itu dia memilih Sastra Inggris.
“Terus terang saat itu saya tidak tahu UAD punya jurusan apa saja,” kata Ida Puspita.
Sejak awal mendaftar ke UAD Yogyakarta, dia memang ingin daftar Sastra Inggris atau HI. “Tapi saya tidak tahu tentang UAD Yogyakarta,” kenangnya.
Ketika itu Ida yang sudah membawa raport dan lain-lain, akhirnya lolos jadi mahasiswa baru UAD Yogyakarta. “Akhirnya saya tidak jadi daftar ke UMY,” katanya.
Melihat Ida daftar ke UAD Yogyakarta, temannya itu malah melongo. Terus temannya itu diajak pulang ke rumah kos.
“Kamu tidak jadi daftar ke UMY, ya?” tanya temannya.
“Iya. Saya sudah mantap daftar di UAD, tidak ingin daftar di universitas lainnya,” jawab Ida Puspita, yang hingga sekarang masih tetap di UAD Yogyakarta sebagai dosen.
Kini, Ida Puspita merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga besar UAD Yogyakarta. Apalagi mahasiswanya merasa senang bisa menjadi teman diskusi Ida Puspita.
“Bu Ida sosok dosen ramah dan pintar, yang menginspirasi mahasiswa,” kata salah seorang mahasiswa yang mengenal dan merasakan didikan dosen favorit UAD Yogyakarta. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow