Dosen UAD Adakan Pelatihan Biopreneurship bagi Ibu-Ibu ‘Aisyiyah Mergangsan
YOGYAKARTA — Sampah selalu menjadi masalah rutin bagi kelestarian lingkungan, khususnya rumah tangga. Pemilahan dan pemanfaatan sampah yang dilakukan sampai saat ini kebanyakan untuk sampah anorganik. Masih sedikit bank sampah atau skala rumah tangga memanfaatkan sampah organik. Pada hakikatnya ada 3 hal yang bisa dimanfaatkan dari limbah sampah organik, yakni air lindi, maggot, dan sampah organik.
Dosen UAD menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan sampah organik kepada 16 ibu-ibu ‘Aisyiyah Mergangsan Kota Yogyakarta, Sabtu (19/6). Pelatihan ini dilaksanakan di Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) Taman Karanganyar di Brontokusuman, Mergangsan.
Dosen UAD yang memberikan pelatihan antara lain Inggita Utami dan Ichsan Luqmana Indra Putra dari Program Studi Biologi serta Farid Ma’ruf dari Program Studi Teknik Industri.
Inggit selaku ketua tim menjelaskan, kegiatan pelatihan untuk memanfaatkan sampah organik yang selama ini jarang disentuh. Pelatihan juga mencoba memperkenalkan teknologi sederhana dan mudah perawatannya yang diberi nama “EMAGGOT”. Emaggot merupakan ember tumpuk untuk memanfaatkan sampah organik dari rumah tangga.
Ichsan menjelaskan, dengan menggunakan EMAGGOT sampah organik akan diurai dengan bantuan larva BSF (Black Soldier Fly) yang akan datang secara otomatis. Larva yang sudah agak kecokelatan keluar sendiri dari sampah dan kemudian ditampung untuk diolah kembali menjadi pakan ikan karena memiliki kandungan protein cukup tinggi.
Pakan ikan dari maggot tidak serta merta bisa digunakan untuk semua jenis ikan, sebutlah ikan cupang yang saat ini sedang tren. Di beberapa kasus, ketika ikan cupang diberi makan maggot justru warna dari ikan cupang malah tidak keluar.
Emaggot didesain menggunakan ember ditumpuk menjadi 2 (dua) tingkat, posisi di atas adalah sampah organik kemudian ember di bawah untuk menampung air lindi atau limbah cair dari sampah organik. Air lindi ini juga memiliki manfaat sebagai pupuk tanaman dengan terlebih dahulu didiamkan beberapa hari tergantung dari volume air lindi yang ada dengan dicampur dengan cairan kimia yang Bernama EM4.
Desain yang ditawarkan EMAGGOT cukup sederhana dan mudah dalam perawatannya. Farid menjelaskan, sebetulnya ember tumpuk ini sudah banyak terdapat di pasaran. Tetapi hal yang baru dalam ember tumpuk pada pelatihan ini adalah adanya dudukannya, alat press untuk mengaduk sampah agar menghasilkan air lindi lebih maksimal, serta tempat penampungan maggot dewasa yang keluar dari sampah tersebut yang nantinya digunakan sebagai pakan ikan.
Dengan pelatihan ini Tim PPM ini berharap, sampah organik tidak hanya dibuang dan menjadi masalah tak kunjung akhir, tetapi mampu menghasilkan manfaat bahkan pundi-pundi materi dari luaran proses dari pemanfaatan sampah organik ini. (*)
Wartawan/Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow