Bimawa dan KUI UAD Yogyakarta Gelar International Camp di Kulon Progo

Bimawa dan KUI UAD Yogyakarta Gelar International Camp di Kulon Progo

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Dalam rangka membentuk karakter mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, sekaligus menambah wawasan dan memperluas jaringan internasional, Biro Mahasiswa dan Alumni (Bimawa) bekerjasama dengan Kantor Urusan Internasional (KUI) serta jaringan KUI di Perguruan Tinggi lainnya di DIY, adakan International Camp pada 15-16 Desember 2018 di Sermo Ground Camp, Desa Wisata Sermo Lor, Hargowilis, Kokap, Kulon Progo.

Pelepasan peserta International Camp dilakukan Rektor UAD, Dr. Kasiyarno, M.Hum, didampingi Dr Dedi Pramono, M.Hum (Kepala Biro Mahasiswa dan Alumni) dan Danang Sukantar, M.Pd (Kabid Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni) di Kampus 1 UAD Jl Kapas Yogyakarta, Sabtu (15/12/2018).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Alhamdulillah, program yang pertama digagas Bimawa dengan menggaet KUI ini semoga bisa terlaksana dengan baik,” kata Kasiyarno di depan 66 orang peserta dari 15 negara termasuk Indonesia, meliputi 47 mahasiswa UAD dan 19 mahasiswa asing.

Rektor UAD berharap, semoga kegiatan itu bermanfaat untuk membentuk karakter mahasiswa, menambah wawasan dan memperluas jaringan internasional. “Jangan khawatir, usai mengikuti kegiatan itu akan menerima sertifikat berstandar international,” tandas Kasiyarno.

Kegiatan yang didampingi Wakil Rektor III Dr Abdul Fadlil, MT, Danang Sukantar, M.Pd (Kabid Pengembangan Kemahasiswaan dan Alumni) dan Unggul HN Utomo, MSi (Dosen Psikologi UAD) untuk bekal dan pengalaman mahasiswa UAD yang dipersiapkan menjadi mahasiswa yang memiliki wawasan global.

Wakil Rektor III, Dr Abdul Fadlil, MT, ketika memberikan pengarahan di depan peserta berharap agar mahasiswa UAD harus mempunyai keseimbangan dan paham serta peduli terhadap kondisi masyarakat sekitar.

“Hal itu untuk menguatkan karakter seseorang dan diharapkan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik di dalam tulisan atau berkomunikasi,” kata Abdul Fadlil.

Kegiatan kali pertama diselenggarakan ini, diawali dengan perkenalan, forum diskusi, pentas seni. Disusul kemudian dengan kegiatan outbond yang dipandu Unggul HN Utomo, untuk bekal pengalaman agar siap mengikuti berbagai event nasional dan international serta berbaur dengan mahasiswa dari luar negeri.

“Semakin luas jaringannya, maka akan semakin mengenal dan diharapkan terbangun rasa percaya diri pada mahasiswa,” terang Unggul HN Utomo.

Sementara itu, Danang Sukantar, menjelaskan, kegiatan itu diikuti mahasiswa semester 1 dan 3, yang dipersiapkan sejak awal agar jadi mahasiswa berprestasi.

Awal program ini dibatasi untuk 40 orang mahasiswa saja, karena terkait dengan perijinan. Dan ada 10 orang mahasiswa yang ditolak karena kemampuan bahasa Inggris aktif, sangat kurang.

“Sebelumnya, mereka yang berasal dari semua fakultas itu dipilih oleh pimpinan fakultas,” papar Danang Sukantar, yang menambahkan diharapkan kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris bisa lebih menguasai dengan IP di atas 3.7 untuk semester 3.

Menurut Danang, mahasiswa berprestasi itu sudah siap untuk berkompetisi secara global dengan kemampuan bahasa Inggris yang baik untuk ikuti event international dengan standar Kemenristekdikti RI.

Untuk event internatiomal akan dipilih dari mereka yang memiliki kemampuan, terutama bidang penalaran yang mumpuni, rajin membaca, menulis, diskusi dan ikuti berbagai lomba, yang didukung prestasi akademik yang baik.

Ke depan, tahun akademik 2019/2020 akan lahir mahasiswa berprestasi yang benar-benar unggul dan yang sudah disiapkan sejak awal.

Setelah mengikuti kegiatan itu, mereka juga akan memiliki karakter yang lebih kuat dan tidak mudah capek, sehat jasmani dan ruhani, dengan diberi sentuhan softskill secara psikologis dalam setiap aktivitas kegiatan.

Selain itu, mereka juga diberi bekal pentingnya budaya antri dalam berbagai hal. Juga dibawa ke kampung dan desa agar bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat setelah melakukan wawancara analisis sosial, ekonomi, termasuk budaya.

“Agar mereka lebih memahami, maka mereka pun mengamati kegiatan di desa dalam kegiatan itu,” terang Danang.

Ketika berada di camp, mereka belajar potensi dan kerajinan yang ada di Kulon Progo. Selain itu, juga menerima materi dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kulon Progo, yang disampaikan Anom Sudarinto, AMd (Bagian Promosi), tentang destinasi wisata Kulon Progo, desa wisata dan kegiatan yang memungkinkan untuk diikuti mahasiswa luar negeri.

Peserta dari Mesir dan Cina, tertarik mengamati kebun teh di Nglinggo Barat, Pagerharjo, Samigaluh. Selain itu, mereka tertarik ikut melihat perkebuman dan produksi kopi yang memiliki nama pasar Kopi Suroloyo dan Kopi Menoreh.

Tidak hanya panorama alam perbukitan menoreh saja yang ada di Kulon Progo. Namun ada makanan khas yang namanya sangat unik: geblek.

Pada kesempatan itu, mereka juga ikuti pelatihan pembuatan makanan geblek, makanan cirikhas Kulon Progo: sejak dari proses pembuatan hingga menggoreng.

Geblek bisa dibilang seperti cireng, dengan bahan yang digunakan sama. Namun yang berbeda adalah bentuk dan rasanya.

Kalau cireng memiliki banyak rasa seperti pedas atau lainnya. Sedangkan geblek hanya memiliki rasa asli dari aci yang digoreng saja dan bentuknya seperti angka delapan.

Dalam perjalanan ke Sermo Camp, mereka pun ikuti pelatihan proses pembuatan gula merah (gula Jawa), yang sebelumnya melakukan wawancara kepada penduduk mengenai proses pembuatan gula merah, sejak dari proses mengambil air nira di pohon kelapa dengan ketinggian 12-15 meter hingga proses pembuatan.

Mereka lantas mengetahui, kalau di musim kemarau kering dan musim penghujan batangnya basah. Dan prosesnya pun lebih lama kalau hujan karena campur air.

Untuk sebanyak 18 bumbung air nira itu bisa jadi 4 kg gula merah, adapun untuk 1 pohon bisa 1-2 bumbung setelah memanjat 15 pohon dari pagi hingga sore.

Gula Jawa 1 kg seharga Rp 18 ribu, maka sehari dapat Rp 72 ribu. Hasil itu untuk hidupi keluarga mereka.

Dalam kegiatan itu, mahasiswa asing diharapkan paham budaya lokal. Untuk mahasiswa nonmuslim bisa paham kehidupan Islam di masyarakat bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan sama sekali.

Mahasiswa asing yang kuliah di Yogyakarta, kebanyakan ingin tahu Muhammadiyah, terutama dari Mesir. Karena mereka bersahabat dengan orang Indonesia yang kuliah di al-Azhar Kairo.

Usai mengikuti kegiatan International Camp itu, salah satu peserta bernama Prabowo Hadiprayitno, asal Serdang Bedagai, Sumatera Utara, dari Prodi Akuntansi FE dan Bisnis angkatan 2017 semester 3, sampaikan terimakasih atas kegiatan itu. “Setelah ikuti acara itu saya dapat ilmu dan pengalaman berharga,” kata Prabowo.

Program ini, diharapkan Prabowo Hadiprayitno, nantinya bisa dilanjutkan dengan waktu lebih lama. “Dan dengan aksi peduli yang bermanfaat bagi masyarakat,” kata Prabowo. (Affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow