Indonesia Harus Fokus pada Potensi Pangan

Indonesia Harus Fokus pada Potensi Pangan

Smallest Font
Largest Font

BANTUL — Isu pangan di Indonesia saat ini masih menghadapi banyak tantangan dalam usahanya memenuhi target ketahanan pangan.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Kriteria dari ketahanan pangan sendiri adalah adanya pemenuhan ketersediaan dan kecukupan pangan setiap individu di tanah air untuk menjamin berlangsung dan berkembangnya kehidupan yang normal.

Hal itu disampaikan Dr. Anton Apriyantono, MS, dalam pidato Milad ke-34 Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Sabtu (1/9/2018) di Gedung AR Fachrudin A kampus terpadu UMY.

Ketika memaparkan strategi ketahanan pangan Nasional menghadapi Revolusi Industri 4.0, mantan Menteri Pertanian periode 2004-2009 itu menyampaikan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Pertama, masalah lahan pertanian yang menyusut. Indonesia memang luas, namun 2/3 wilayah Indonesia adalah lautan.

Kemudian, dalam 1/3 wilayah yang tersisa, luasnya sekitar 190 juta hektar, hanya tersedia 45 juta hektar lahan pertanian. Ke dua, jika dibagi dengan pertumbuhan dan jumlah penduduk, ternyata memang ada keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan pangan.

“Ini juga kemudian didukung dengan produktifitas yang rendah terhadap pangan utama kita,” jelas Anton, yang juga memberikan tanggapan terhadap munculnya permintaan swasembada pangan.

Bagi Anton, swasembada pangan yang mana dulu? Karena ada banyak jenis pangan yang dikonsumsi rakyat Indonesia. “Tidak semua ada dan bisa diproduksi di Indonesia,” tandas Anton.

Misalnya saja gandum, yang jadi bahan pokok dari berbagai produk pangan. Memang bisa tumbuh di Indonesia, tapi susah untuk memenuhi permintaan domestik. Karena memang banyak masalah dalam pembudidayaannya mulai dari iklim hingga lahan. “Ini juga terjadi untuk kedelai dan jagung. Impor kemudian jadi salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan ini,” papar Anton.

Menurut Anton, yang perlu dilakukan adalah lebih fokus pada produk pangan yang memang menjadi potensi Indonesia.

“Indonesia merupakan penghasil nomor satu untuk minyak sawit, disusul karet, dan kokoa,” kata Anton.

Seharusnya kita lebih fokus ke dalam hal tersebut dan juga pada produksi pangan pokok utama rakyatm

Untuk mencapai ketahanan pangan, Anton menyebutkan ada beberapa strategi yang dapat dilakukan.

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan. Pertama adalah pembenahan produksi yang dimulai dari cukupnya lahan pertanian, teknik budidaya, sampai kebijakan yang menunjang termasuk dengan memberikan subsidi untuk isu terkait. Selanjutnya adalah pada konsumsi, kita harus memperbaiki mind set kita yang biasanya kalau belum makan nasi belum makan.

Pola konsumsi harus didiversivikasi karena sebenarnya ada banyak jenis pangan utama selain nasi atau gandum untuk rakyat. Kemudian, yang terakhir adalah aspek distribusi yang harus menjangkau seluruh penduduk di mana pun mereka berada.

“Untuk itu harus ada transportasi dan juga pusat distribusi yang memadai,” jelas Anton. (Affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow