UAD YOGYAKARTA MEMBANGUN HUBUNGAN BAIK DENGAN MEDIA

UAD YOGYAKARTA MEMBANGUN HUBUNGAN BAIK DENGAN MEDIA

Smallest Font
Largest Font

PADANG — Membangun hubungan baik dengan wartawan media cetak, online dan televisi – yang sudah tidak bisa dielakkan lagi dan harus dilakukan – seperti yang dilakukan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menjadi acuan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Sumatera Barat, khususnya Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB) Bukittinggi.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Ketika menerima rombongan wartawan yang tergabung dalam press tour Universitas Ahmad Dahlan 2018 ke Bukittinggi kemarin, Sekretaris Badan Pembina Harian (BPH) UMSB Bukittinggi, Bachtiar, M.Ag, mengatakan, hubungan institusi antara perguruan tinggi di UMSB dengan wartawan akan lebih ditingkatkan lagi.

Menurut Bachtiar, di UMSB akan melakukan kerjasama dan bermitra dengan wartawan untuk dipublikasikan di medianya. “Selama ini, apa yang telah dilakukan dekan pariwisata, Muhammad Abdi, terhadap publikasi di media, cukup positif sekali,” terang Bachtiar.

Dan, setelah pertemuan dengan UAD Yogyakarta – yang membawa wartawan dari berbagai media di Yogyakarta – secara bertahap UMSB akan mengadakan rapat khusus dengan pimpinan universitas. “Jadi, tahun depan akan kita mulai kerjasama dan bermitra dengan wartawan pada medianya masing-masing,” jelas Bachtiar.

Sementara itu, Kepala Humas UAD Yogyakarta, Dr. Hadi Suyono, S.Psi, M.Si, menjelaskan, saat ini tidak banyak perguruan tinggi yang menggarap serius di bidang kehumasannya. “Tampak tidak butuh adanya kehumasan di kampus dan yang lebih tragis kesadaran itu memang tidak ada,” kata Hadi Suyono.

Menurut Hadi, wartawan dengan medianya mempunyai andil yang cukup besar dalam memajukan UAD. “Terutama untuk publikasi,” tandas Hadi Suyono, yang menerangkan UAD kemudian membentuk Forum Wartawan UAD.

Bagi Hadi Suyono, tidak mudah memang meyakinkan rektor tentang keberadaan forum wartawan. Namun sejak tahun 2010 lalu, forum wartawan UAD terbentuk  hingga saat ini. Akibatnya, perkembangan perguruan tinggi itu pesat dan masyarakat pun mengetahui tentang apa dan bagaimana keberadaan perguruan tinggi itu.

Menurut Hadi, cara membangun kesadaran itu berawal dari perguruan tinggi yang bersangkutan. “Memang tidak bisa dipungkiri di zaman kini atau sering disebut jaman now di kalangan mahasiswa, media itu harus ada di kampus dan harus masuk kampus,” tandas Hadi Suyono.

Dan melalui media, mahasiswa dapat mengetahui perkembangan ilmu yang ada di sekitarnya, bahkan perkembangan di belahan dunia. Dari media yang dibaca itu akan banyak tambahan ilmu pengetahuan yang didapat mahasiswa. “Kini bagaimana civitas akademika, tentu diawali dari pimpinan perguruan tingginya yang mempunyai kesadaran terhadap media,” ungkap Hadi yang dulu juga pernah jadi wartawan “Minggu Pagi”.

Bagi Hadi, media itu sangat penting untuk membangun prapublik, apalagi di jaman now perguruan tinggi memang butuh media. “Oleh karena di zaman sekarang tidak mungkin perguruan tinggi tanpa media,” papar Hadi yang menambahkan perguruan tinggi tidak boleh menutup diri dan harus terbuka bagi wartawan.

Diakui Hadi, memang tidak seberapa institusi perguruan tinggi yang peduli terhadap media. Di zaman kini, wartawan merupakan bagian dari perguruan tinggi dan, saling bersinergi satu sama lain. “Bahkan wartawan itu memberikan masukan-masukan kepada pimpinan perguruan tinggi untuk ditindaklanjuti,” terang Hadi lagi.

Apa yang disampaikan Hadi Suyono ditanggapi baik oleh Bachtiar. “Media merupakan salah satu kekuatan yang ikut membentuk suatu dasar di perguruan tinggi sendiri,” kata Bachtiar yang menambahkan kalau tidak ada wartawan berkonstribusi, maka publik tidak akan mengetahui perkembangan kampus.

Ketika mendampingi wartawan dari berbagai media di Yogyakarta ke kampus UMSB Bukittinggi yang dikemas dalam press tour “Universitas Ahmad Dahlan 2018 Goes To Sumatera Barat”, Wakil Rektor II UAD Yogyakarta, Muhammad Safar Nasir, berharap UMSB harus belajar dari kunjungan wartawan ini. “UMSB harus mengikuti langkah-langkah yang dilakukan UAD.”

Safar mengatakan, tidak mungkin perguruan tinggi akan berkembang tanpa wartawan yang menyebarluaskan di media. “Karena media sangat berpengaruh besar terhadap membangun opini di tengah masyarakat. Kalau kita melakukan hubungan baik dan bermitra dengan media kegiatan perguruan tinggi akan terpublikasi ke masyarakat,” kata Safar Nasir.

Selain mengunjungi UMSB, rombongan UAD Yogyakarta juga kunjungi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Carana Kiat Andalas di Padang Luar BPR yang kemudian menjadi salah satu amal usaha UAD Yogyakarta.

Menurut M Safar Nasir, BPR Carana Kiat Andalas akhirnya lepas dari keterpurukan hanya dalam waktu dua tahun. “Dan tahun 2015 diambil alih sebagai salah satu amal usaha UAD,” ungkap Safar Nasir.

Diharapkan, BPR syariah ini ke depan akan semakin bertambah profitnya. Seperti disampaikan Yayan Hadi Saputro, Direktur Utama BPR Carana Kiat Andala, sebelum menjadi amal usaha UAD, BPR ini mengalami kredit macet hingga 56 persen. UAD kemudian mengucurkan dana Rp 550 juta pada 2015 hingga BPR ini punya modal lebih dari Rp 1,5 miliar.

BPR itu memiliki lebih dari 2.000 nasabah dan 20 persen di antaranya merupakan warga Muhammadiyah. Dan saat ini BPR punya dana lebih dari Rp 4,2 miliar. (affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow