Melalui NASE, UAD Tingkatkan Kualitas Guru dalam Pembelajaran Astronomi
YOGYA – Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengadakan pelatihan astronomi internasional Network for Astronomy School Education (NASE), Kamis-Ahad (12-15/8). Pelatihan daring ini merupakan kolaborasi Pusat Studi Astronomi UAD, Pusat Studi Ekonomi Kreatif UAD, Institut Teknologi Sumatera, Institut Teknologi Bandung, dan International Astronomical Union-NASE.
Pelatihan sekaligus merupakan perwujudan Program Pengabdian Kepada Masyarakat LPPM UAD dan Program Pemberdayaan Umat UAD dengan mitra yaitu Perkumpulan Pecinta Fisika Indonesia (PPFI). Mahasiswa dan alumni Pendidikan Fisika, Magister Pendidikan Fisika, dan Pendidikan Bahasa Inggris sangat aktif membantu terlaksananya acara ini. Lebih dari 60 peserta dari 34 provinsi terdiri atas perwakilan anggota dan pengurus PPFI, mahasiswa UAD, dan masyarakat umum hadir di sini.
Selama empat hari peserta memperoleh materi astronomi dalam bentuk lecture, workshop, working group, dan excursion. Pelatihan dibuka Rektor UAD, Dr. Muchlas, M.T., yang berpesan pesan kepada peserta agar memanfaatkan pengetahuan yang didapatkan untuk mengajarkan astronomi melalui pendekatan fisika, budaya, dan sejarah.
Menurut Dr. Hakim Malasan dari IAU, pelatihan NASE ditujukan khususnya bagi guru IPA (fisika) untuk menerapkan konsep-konsep fisika pada pembelajaran astronomi. Astronomi tidak selalu diajarkan dengan teleskop melainkan banyak eksperimen bisa dilakukan dengan bahan sederhana.
Yudhiakto Pramudya, Ph.D. dan Nur Rifai Akhsan, M.Ed. berkolaborasi menggabungkan keahliannya untuk mewujudkan tujuan pelatihan astronomi ini.
Kurikulum NASE disusun berbagai pakar astronomi dan dapat diunduh di situs NASE dalam berbagai bahasa. Pada pelatihan ini, peserta dan instruktur berinteraksi dengan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
Instruktur workshop dari UAD, ITERA, dan ITB memberikan materi dibantu asisten instruktur di Observatorium UAD untuk memperagakan aktivitas eksperimen. Peserta belajar membuat jam matahari sederhana pada materi local horizon and sundial. Konsep gerak matahari juga dilengkapi gerak semu benda langit lainnya pada materi stellar, solar, and lunar demonstrator.
Gerak matahari dan bulan serta interaksinya dengan bumi dipelajari lebih mendetil dengan berbagai alat yang dibuat pada workshop Solar and Lunar Eclipse. Pengetahuan tentang dinamika noktah matahari dan pembuatan spektroskopi sederhana untuk melihat spektrum matahari didapatkan peserta melalui workshop sunspots and solar spectrum. Disini peserta membuat sendiri peralatan pengamatan astronomi dengan bahan sederhana dan mudah didapatkan. Keahlian ini diajarkan pada workshop Briefcase of Young Astronomers.
Peserta juga mempelajari pembuatan peraga sederhana pelengkungan ruang oleh lubang hitam menggunakan kain dan benda berat pada sesi workshop the life of stars. Bahkan juga dapat memahami pengembangan alam semesta menggunakan balon dan butiran styrofoam pada workshop expansion of the universe.
Berbagai fenomena astronomi di alam semesta tidak hanya diamati melalui teleskopoptik. Peserta NASE belajar mendeteksi sinyal inframerah pada remote televisi. Inframerah ini digunakan juga oleh astronom dalam mempelajari struktur galaksi dan matahari. Panjang gelombang selain cahaya tampak dan infra merah juga dipelajari di workshop astronomy beyond visible.
Pada workshop planets and exoplanets, peserta belajar membuat model sistem tata surya dan sistem keplanetan di luar tata surya untuk memahami planet ekstra surya yang kemungkinan bisa dihuni. Sedangkan untuk memahami kehidupan di planet, peserta mempelajari eksperimen sederhana pada workshop astrobiology yang dipandu Rosa M Ros dari Spanyol.
Rosa sebagai chair IAU-NASE juga memimpin diskusi pada working group tentang astronomy in the city. Materi ini memberikan wawasan tentang bangunan bersejarah berkaitan dengan astronomi. Awalnya, pelatihan akan membawa peserta ke bangunan bersejarah di DIY, namun karena masih PPKM Darurat sehingga panitia memfokuskan melakukan kunjungan virtual ke Museum Muhammadiyah. Peserta diajak mempelajari kiprah Muhammadiyah dalam perkembangan astronomi baik bersifat umum maupun khusus Islam di Indonesia.
Muhammad Ichsan Budi Pr dan Dinta Dwi Agung Wijaya Hari menambahkan bahwa Muhammadiyah senantiasa berkomitmen memajukan peradaban melalui penerapan astronomi pada peribadatan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Contohnya, mengapresiasi peluncuran roket oleh ilmuwan Indonesia, penyusunan Kalender Islam Global, serta pendirian observatorium.
Nur Rifai Akhsan menjelaskan peluang bagi pembelajaran astronomi melalui wisata edukasi ke museum dan observatorium. Peserta pun mendapatkan pengetahuan tentang persiapan pengamatan pada working group tentang preparation for an astronomical observation yang dipandu Robiatul Muztaba dari ITERA. Belajar membuat peraga sederhana untuk gerak semu bintang dan polusi cahaya. Selain itu, staf Observatorium UAD ini memandu untuk dapat melihat secara langsung citra bulan melalui teleskop di kubah UAD.
Peserta juga mendapatkan materi sejarah astronomi dari berbagai budaya di dunia pada lecture yang disampaikan Dr. Aprilia dari ITB. Pengetahuan tentang tata surya dan sistem keplanetan ekstra surya disampaikan Yudhiakto Pramudya. Sedangkan Dr. Hakim L Malasan memberi materi Star Evolution terkait siklus hidup bintang. Lecture tentang Cosmology disampaikan Dr. Chatief Kunjaya menambah pengetahuan tentang pengembangan alam semesta.
Saiful Arifin menyampaikan bahwa berbagai eksperimen sederhana dapat dilakukan rekan-rekannya di klub astronomi amatir Surabaya Astronomy Club. Sauji dari PPFI memberikan kesan bahwa pelatihan ini sangat padat namun mengajarkan banyak hal baru tentang fisika dan astronomi yang dapat diterapkan di sekolah.
Dr. Aprilia memberikan semangat kepada peserta untuk dapat mempelajari astronomi lebih lanjut terlebih sudah mendapatkan bekal pengetahuan di NASE. Dr. Kunjaya menambahkan bahwa pengajar fisika dapat mengenalkan astronomi melalui konsep fisika.
Nindhita dari ITERA selaku koordinator instruktur dari ITERA-ITB memberikan apresiasi kepada peserta dan panitia sehingga pelatihan dapat terlaksana dengan baik. Apresiasi juga disampaikan Kepala LPPM UAD, Dr. Anton Yudhana, sekaligus menyampaikan pesan bahwa mempelajari sejarah dan budaya dapat beriringan dengan penerapan teknologi terkini untuk mengembangkan pembelajaran astronomi.
Pelatihan NASE dilakukan setiap tahun dan pelaksanaan secara daring pada masa pandemi menjadi berkah karena dapat menjangkau masyarakat khususnya para guru dari berbagai daerah di Indonesia. (*)
Materi berita ini dikirim Yudhiakto Pramudya, Ph.D. Kepala Pusat Studi Astronomi UAD
Editor: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow