UAD Yogyakarta Masuk 17 Universitas Swasta Terbaik Versi Kemenristekdikti
YOGYAKARTA — Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemenristekdikti) Republik Indonesia umumkan klasterisasi perguruan tinggi Indonesia tahun 2019 di auditorium Lantai 2 Gedung D Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Jum’at (16/8/2019).
Turut hadir dalam acara itu Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Na’im, Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Patdono Suwignjo, Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ismunandar, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) Ali Ghufron Mukti, Staf Ahli Menteri Bidang Akademik Paulina Pannen.
Ada juga Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik Nada Darmiyanti Sriwijaningrum, Sekretaris Ditjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Agus Indarjo, Sekretaris Ditjen Belmawa Rina Indiastuti, Kepala Pusat Data dan Informasi Kemenristekdikti Andika Fajar, Plt. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Ani Nurdiani Azizah, dan Sekretaris Itjen Kemenristekdikti Yusrial Bachtiar.
Pada tahun 2019, Kemenristekdikti mengeluarkan hasil klasterisasi perguruan tinggi dalam dua kategori: kategori Perguruan Tinggi Non-Vokasi (pendidikan akademik) terdiri dari universitas, institut dan sekolah tinggi, dan kategori Perguruan Tinggi Vokasi terdiri dari politeknik dan akademi.
Adapun Perguruan Tinggi Non-Vokasi sebanyak 2.141 perguruan tinggi di bawah Kemenristekdikti diperoleh lima klaster perguruan tinggi Indonesia dengan komposisi klaster 1 berjumlah 13 perguruan tinggi, klaster 2 berjumlah 70 perguruan tinggi, klaster 3 berjumlah 338 perguruan tinggi, klaster 4 berjumlah 955 perguruan tinggi, dan klaster 5 berjumlah 765 perguruan tinggi.
Dari 100 perguruan tinggi non-vokasi dengan rangking tertinggi di Indonesia pada 2019, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta masuk 17 universitas swasta terbaik versi Kemenristekdikti.
Atas pencapaian tersebut, Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta Dr H Kasiyarno, M.Hum menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kemenristekdikti.
“Pemeringkatan perguruan tinggi merupakan suatu media penting dalam memotivasi semua perguruan tinggi untuk maju bersama-sama dan melakukan continous improvement,” ujar Kasiyarno.
Di sisi lain, seperti disampaikan Dr Dedi Pramono, M.Hum, Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (Bimawa) UAD Yogyakarta, klasterisasi ini dilakukan untuk memetakan perguruan tinggi Indonesia yang berada di bawah naungan Kemenristekdikti. “Hal itu guna meningkatkan kualitas perguruan tinggi sekaligus menjadi dasar bagi Kemenristekdikti untuk memberikan kebijakan sesuai kapasitas setiap klaster perguruan tinggi tersebut,” ungkap Dr Dedi Pramono, M.Hum, Sabtu (17/8/2019).
Adapun tujuan dari klasterisasi itu untuk mendorong perguruan tinggi Indonesia semakin maju dan masuk ke kelas dunia.
Dan, dorongan ini menjadi sangat penting.
“Kalau kita sudah sampaikan ini, kita bisa lakukan pemetaan. Tujuan pemetaan perguruan tinggi Kemenristekdikti bagaimana membuat kebijakan masing-masing yang ada di perguruan tinggi nanti, supaya nanti ke depan kita bisa mewujudkan perguruan tinggi berkualitas,” ungkap Mohamad Nasir, Menteri Riset, Teknologi dan Perguruan Tinggi yang mengumumkan klasterisasi Perguruan Tinggi Indonesia 2019 sekaligus meluncurkan Buku Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH).
Pemeringkatan Perguruan Tinggi 2019 berfokus pada indikator atau penilaian yang berbasis output-outcome base, yaitu dengan melihat kinerja masukan dengan bobot 40 persen yang meliputi kinerja input 15 persen dan proses 25 persen serta kinerja luaran dengan bobot 60 persen yang meliputi kinerja output 25 persen dan outcome 35 persen.
Penambahan indikator baru tersebut sebagai upaya agar perguruan tinggi dapat secara aktif merespon perkembangan zaman, terutama revolusi industri ke empat dan kebutuhan tenaga kerja.
“Dengan perubahan penilaian kinerja perguruan tinggi dari tahun-tahun sebelumnya diharapkan perguruan tinggi didorong untuk lebih menekankan produk atau luaran pendidikan tinggi yang berkualitas, yaitu dengan pemberian bobot output yang lebih besar dari bobot input,” kata Patdono Suwignjo, Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Selain Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dari seratus perguruan tinggi non-vokasi dengan ranking tertinggi di Indonesia pada 2019 ada Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (klaster 2, peringkat 35), Universitas Muhammadiyah Malang (klaster 2, peringkat 38), Universitas Muhammadiyah Surakarta (klaster 2, peringkat 63), Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (klaster 2, peringkat 64), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (klaster 2, peringkat 75), dan Universitas Muhammadiyah Magelang (klaster 3, peringkat 96). (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow