Kembangkan Obat Anti Rokok, Tim PKM UAD Raih Emas di PIMNAS 2023
YOGYA - Prestasi luar biasa berhasil diraih oleh keempat mahasiswi Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dimana mereka mampu membawa pulang medali emas diajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-36 yang digelar di Universitas Padjajaran, pada pekan terakhir November 2023.
Prestasi ini diperoleh setelah keempatnya berhasil mengembangkan penelitian ekstrak tanaman songgolangit sebagai ramuan yang memperbaiki paru-paru dan pankreas bagi perokok aktif. Ramuan ekstrak tanaman Songgolangit ini diklaim sebagai obat para perokok yang ingin berhenti merokok selamanya.
Keempat mahasiswi tersebut, antara lain: Aulia Syafadilla Azali, Diah Kartika Wardani, Intan Faya Nurazizah, dan Annisaa’ Nurrohiim. Mereka semua berasal dari program studi Biologi UAD yang tergabung dalam tim PKM Riset Eksakta UAD, dengan didampingi Haris Setiawan, M.Sc. selalu Dosen Pembimbing.
“Alhamdulillah, kami sangat bersyukur dan bangga karena meraih medali emas ini, kami berhasil mengalahkan 1 ruangan yang terdiri atas 21 tim," kata Aulia, selaku Ketua Tim dalam Konferensi Pers hari Selasa (5/12).
Terlebih, mereka berhasil mengalahkan pesaing dari Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta lainnya yang memiliki penelitian yang lebih mentereng. Termasuk, juga mengungguli tiga tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM), sehingga membuat Tim PKM Eksakta UAD menjadi kampus peringkat 1 di PIMNAS 36.
Kepada rekan media, Aulia juga menjelaskan bahwa penelitian ini dilatarbelakangi oleh jumlah perokok terus meningkat. Apalagi ia tidak suka asap rokok di sekitarnya. Selain itu, tanaman songgolangit ini jarang dipakai dan juga mudah ditemukan di sekitar area kampus UAD. Sehingga kami manfaatkan (untuk penelitian).
Proses pembuatan ekstrak tanaman songgolangit berawal dari mengambil tanaman songgolangit pada beberapa tempat di pinggir jalan. Tanaman dipilah untuk mengambil daun yang bagus, lalu dicuci dan dikeringkan dengan alat khusus. Setelahnya, daun didiamkan selama 2-3 hari, kemudian ditumbuk menjadi halus.
Proses selanjutnya adakah ekstraksi maserasi menggunakan pelarut etanol 96 persen, yang sudah sangat cocok untuk mengambil flavonoid dari tanaman itu. Maserasi adalah ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan.
Setelahnya, penelitian ini diujikan kepada 30 ekor tikus putih besar yang dibagi kepada 5 perlakuan. Setiap perlakuan ada 5 kali pengulangan untuk dua kelompok, yaitu tikus dipaparkan asap rokok dan tidak diberi asap rokok, sebagai pembanding.
Kemudian berlanjut ke kelompok tikus yang diberi ekstrak dengan variasi dosis berbeda, dari rendah, sedang, hingga tinggi. Pemberian dosis ini untuk melihat efektifitas antioksidan-nya paling bagus di dosis yang mana.
Setelah perlakukan, peneliti mengambil sampel darahnya untuk diuji untuk melihat enzim antioksidan. “Dari sini akan terlihat naik turun darahnya seperti apa, apabila rendah berarti tikus stres,” kata Harus kepada Mediamu.
Tak hanya itu, peneliti juga mengecek tenggorokan, paru-paru, serta membuat preparastologi untuk mengecek jaringan dengan mikroskop agar mengetahui jaringan mana yang rusak. Hasilnya, tikus yang dipaparkan asap rokok saja mengindikasikan kerusakan sel pada paru-paru dan tenggorokan.
Saat diberikan ekstrak, ada upaya perlindungan dari zat rokok yang masuk ke saluran pernafasan. Sehingga, perbandingan dengan sampel yang tidak dipaparkan asap rokok kurang lebih hasilnya sama.
“Jadi, jauh lebih bagus dengan hanya diberikan asap rokok. Di sini juga bisa tahu dosis mana yang efektif, dan ini yang akan dijadikan suplemen atau obat-obatan nanti,” ujar Sekretaris Prodi Biologi UAD itu.
Penelitian ini memakan waktu sekitar 2 bulan, dengan perlakukan selama 21 hari, lalu ada 1 bukan untuk menganalisis menggunakan alat-alat sebelumnya dan pembuatan alatnya juga memerlukan waktu yang lama.
Tentunya penelitian akan berlanjut ke tahap selanjutnya, yaitu uji toksisitas. Dengan pengecekan kepada organ liver/hati dan ginjal, jika dikonsumsi secara berlebihan melewati dosis.
Kita lihat enzim pada hati apakah ada indikasi beracun atau tidak. Kita akan mengeceknya bersama juga organ ginjal dan hati. Kalau hasilnya bagus, baru nanti diaplikasikan untuk membuat suplemen, berkolaborasi dengan jurusan farmasi dan kedokteran untuk manusia.
“Jadi memang penelitian agak lama. Tidak bisa langsung 1 tahun, butuh sekitar 3 - 4 tahun untuk bisa jadi produk,” imbuh Haris.
Untuk perokok, manfaatnya sebagai preventif. Ketika perokok meminum obat tersebut, maka zat-zat rokok yang masuk ke dalam saluran pernafasan bisa berubah struktur zatnya. Obat ini juga efektif bagi perokok berat.
“Ini sebagai upaya preventif dan rehabilitasi bagi perokok. Tentunya, diiringi dengan berbagai proses serta dikonsumsi juga secara rutin,” tambah Aulia. Karena masih tahap uji pra-klinis, produk yang dihasilkan berupa serbuk, yang merupakan hasil dari ekstrak.
Perempuan asal Bantul itu berharap bisa melanjutkan riset ini karena sangat bermanfaat bagi para perokok atau bahkan yang tidak merokok. “Terlebih, obat ini sangat mengurangi dampak dari rokok itu sendiri,” tandas Aulia.
Sementara dari pihak UAD sangat mengapresiasi hasil dari PIMNAS 36 ini. “Kami sangat mengapresiasi kerja keras para mahasiswa hingga mampu meraih medali emas di Pimnas ke-36, ini merupakan pencapaian berdasarkan keunggulan kualitas mahasiswa," terang Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas., M.T.
Dari kampus juga turut andil dalam keberhasilan ini dengan memfasilitasi dari segi sarana prasarana. Tim diberi dana insentif juga sehingga menghasilkan penelitian ini sampai selesai. Tak hanya dari kampus, pendanaan juga datang dari Kemendikbud Ristek RI. Kemudian akan dilakukan penelitian tahap lanjut sampai bisa dikomersialisasi.
“Pencapaian ini bukan secara afirmatif, tapi betul betul didasarkan keunggulan, karena kompetisinya ketat sekali. Sehingga, apa yang dicapai ini hasil perjuangan dan daya juang inovasi, dan militansi yang tinggi sehingga bisa menghasilkan prestasi luar biasa,” tutur Rektor.
Setelah ini, UAD berkomitmen terus penelitian ini - dan riset-riset lainnya dengan sistem yang tertata dengan baik. Melalui konsep hilirisasi dengan mendorong penelitian UAD mencapai level 9, yaitu komersialisasi
“Kami dorong ke sana agar bersama dengan dosen dan guru besar masuk dalam research group supaya penelitian ini naik ke level 8 prototipe sembari ini mematenkan terlebih dahulu agar diproteksi," pungkas Muchlas. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow