Kado Milad ke-32 Unisa Yogya: Fakultas Kedokteran dan ABA Internasional
SLEMAN – Ada dua kado spesial yang muncul pada Milad ke-32 Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Senin (10/7). “Tinggal klik sedikit dan syarat-syarat bisa terpenuhi,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir, M.Si., dalam pidato amanat di kampus tersebut.
Pernyataan itu merespon yang disampaikan Ketua PP ‘Aisyiyah, Dr. Siti Nordjannah Djohantini, M.M., M.Si. yang hadir mewakili Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Dr. Apt. Salmah Orbayinah, M.Kes., karena sedang berada di luar kota.
“Unisa Yogya siap memproses pembukaan Fakultas Kedokteran,” ungkap Nordjannah dalam sambutannya.
Ungkapan itupun merespon sambutan sebelumnya dari Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D. “Silakan dilanjutkan proses pengajuan Fakultas Kedokteran,” kata Prof. Aris.
Kado kedua adalah rencana pendirian ‘Aisyiyah Busthanul Athfal (ABA) Internasional di lingkungan kampus di Ringroad Barat Yogyakarta tersebut. Hal ini diungkapkan Noordjannah.
“TK ABA sudah ada sejak tahun 1919. Saat ini ada sekitar 20.000 TKA ABA se Indonesia. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan didirikan TK ABA Internasional. Semoga harapan kami bisa diterima pimpinan Unisa dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah,” tegasnya dengan suara patah-patah karena terharu.
Haedar Nashir mengharapkan TK ABA Internasional bisa segera terwujud, karena merupakan keperluan mendesak. “Insya Allah kalau asa yang kuat maka pintu terbuka. Itu semua adalah persembahan untuk bangsa dan kemanusiaan,” katanya.
Meski begitu Haedar berpesan agar TK ABA yang selama ini sudah ada tetap digarap dengan baik, jangan sampai ditinggalkan, sehingga mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lain. “TK ABA bisa berkompetisi atau tidak dengan (TK lain) yang baru, bahkan kemudian dengan yang lebih baru lagi,” kata Haedar.
Pada bagian lain amanatnya Haedar mengatakan bahwa dalam berislam harus meliputi segala aspek, tidak hanya satu atau dua aspek saja. Ia memisalkan, tidak bisa melihat kesalehan seseorang hanya dari pakaian saja, tapi lainnya tidak.
“Perdebatan untuk hal sederhana seperti itu, sudah ketinggalan. Kita harus berjalan lebih cepat, jangan hanya memasalahkan (lafadz) insya Allah. Itu sudah lalu. Nah, membangun ini yang sulit,” tegasnya.
Derajat tinggi, kata Haedar, adalah perpaduan antara iman dan ilmu. Iman kuat, ilmu juga harus mendalam dan luas. Jangan pernah berhenti belajar. Ilmu kalau didiamkan akan susut atau bahkan hilang sama sekali.
“Kita masih sering menjadi mayoritas kuantitas, bukan mayoritas kualitas. Kita besar tapi seperti buih, sekadar menggelembung dan tidak punya kekuatan,” tegas Haedar. (*)
Wartawan: Heru Prasetya
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow