UNISA Yogya Lepas Mahasiswa Tangguh Bencana
SLEMAN — Sebanyak 708 mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta akan dilepas untuk melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan luar negeri. Guna mensukseskan KKN tahun ini, UNISA mengadakan pembekalan kepada mahasiswa peserta KKN dengan kemampuan pemberdayaan masyarakat tangguh bencana, Selasa (16/8), di Aula Siti Baroroh Gedung A Kampus Terpadu UNISA.
Para mahasiswa peserta akan ditempatkan di tiga Kabupaten dan satu Kota yang ada di DIY. Untuk KKN internasional akan dilaksanakan di Malaysia.
Rektor UNISA Yogyakarta, Warsiti, menyebut tema KKN tahun ini, yakni: “Tebar Manfaat, Hadir Lebih Dekat”, diharapkan mampu dijiwai oleh segenap mahasiswa yang akan melaksanakan KKN sebagai wujud pengabdian kepada masyarakat.
“Tebar Manfaat, Hadir Lebih Dekat bisa menjadi ruh mahasiswa dalam mengimplementasikan KKN UNISA di tahun ini,” ujar Warsiti.
Supaya bisa mengimplementasikan tema tersebut dalam pembekalan KKN tahun ini, UNISA memberikan materi terkait “Kiprah Mahasiswa UNISA sebagai Kader Muhammadiyah”, “Sinergi Mahasiswa UNISA dengan Persyarikatan ‘Aisyiyah”, serta “Pemberdayaan Masyarakat Tangguh Bencana”.
Budi Santoso selaku Koordinator Divisi Pengurangan Risiko Bencana dan Kesiagaan (PRBK) MDMC PP Muhammadiyah yang mengisi materi “Pemberdayaan Masyarakat Tangguh Bencana” memberikan apresiasi atas inisiatif UNISA Yogyakarta dalam membekali mahasiswa KKN dengan kemampuan kesiapsiagaan bencana ini.
“Ini bagian dari empati, kepedulian mahasiswa dan UNISA dalam memandang Yogyakarta yang memiliki potensi bencana,” paparnya.
Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar dan Kota Pariwisata ini menyimpan beberapa potensi bencana yang berbeda di setiap daerahnya. Ia menyebutkan contohnya, seperti di Bantul yang memiliki potensi gempa bumi, banjir, dan tsunami. Lalu, di Sleman terdapat ancaman letusan Gunung Merapi dan banjir. Begitu pula di Kulon Progo sarat akan ancaman tsunami, gempa bumi, dan banjir. Serta di Kota Yogyakarta sangat rentan kejadian kebakaran dan konflik sosial.
Menurut Budi, sangat penting dalam melibatkan mahasiswa untuk terjun langsung ke masyarakat dan mengimplementasikan masyarakat tanggung bencana. Sebab, ia melihat para mahasiswa memiliki potensi untuk melakukan program pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat.
“Sehingga diharapkan mampu mengedukasi masyarakat dan komunitas untuk mengenali risiko bencana di wilayahnya dan mempunyai perencanaan mengurangi risiko bencana berbasis komunitas,” jelas Budi. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow