Prodi PGSD FKIP UAD Yogyakarta Adakan Seminar Etika Guru
YOGYAKARTA — Seminar “Soft Skill dan Etika Guru” kerjasama antara Program Studi PGSD FKIP UAD Yogyakarta dan Badan Kerjasama Sekolah (BKS) Yogyakarta dengan tema kompetensi sosial dan akhlak membentuk guru yang unggul berlangsung di Kampus 2 Unit B Jl Pramuka, Yogyakarta, Sabtu (21/7/2018).
Ketua Panitia, Rohimah, SPd, menjelaskan, kegiatan yang diikuti kepala sekolah dan guru SD Muhammadiyah wilayah Yogya Barat ini, akan berlanjut pada program dan kegiatan berikutnya. “Kita semua diharapkan bisa mengembangkan kepada guru lainnya tentang perilaku sehari-hari,” kata Rohimah, SPd.
Wakil Ketua PDM Kota Yogyakarta, Heniy Astiyanto, SH, ketika membuka acara itu, mengatakan, guru mempunyai fungsi dua wajah, yaitu di mata siswa dan masyarakat.
Menurut Heniy, guru kalau di mata masyarakat tidak baik, maka tidak baik juga bagi sekolah. “Untuk itu harus menjadi guru yang baik,” kata Heny Astiyanto, yang menambahkan kepribadian guru juga harus baik.
Pada kesempatan itu, Heniy menyampaikan soal budaya dan Wulangreh, guru yang baik konteksnya harus prihatin. “Kita merasa di Muhammadiyah itu prihatinnya sangat besar,” kata Heniy yang berharap guru-guru jangan mau disuap.
Bagi Heniy, guru dan karyawan Muhammadiyah sudah melaksanakan ajaran Wulangreh dan ajaran surat al-Luqman. “Guru Muhammadiyah kalau belum membaca surat al-Luqman sangat memprihatinkan,” tandas Heniy, yang menambahkan guru tidak boleh sombong terhadap siswa dan masyarakat, tapi harus tawadhuk.
Sementara itu, Kaprodi PGSD UAD, Dra Sri Tutur Martaningsih, MPd, mengatakan, PGSD UAD Yogyakarta melakukan pendampingan bagi guru SD Muhammadiyah yang aktivitasnya lebih banyak. “Selama ini, keinginan guru-guru untuk mengembangkan diri lebih besar,” kata Sri Tutur Martaningsih.
Dikatakan Martaningsih, guru memiliki peran sangat penting dan utama. “Dan tantangannya sangat besar pula karena harus memahami budaya dan pendidikan karakter,” papar Sri Tutur Martaningsih.
Selama ini, menurut Martaningsih, sekolah dianggap memaksakan kehendak kepada siswa. Dan, permasalahan pendidikan sangat banyak sejak dari peserta didik hingga kondisi eksternal. “Juga masalah sekolah dan guru,” papar Martaningsih.
Disampaikan Martaningsih, tantangan abad 21 meliputi akhlak, karakter moral dan karakter kinerja, kompetensi serta keterbukaan wawasan dan literasi. “Untuk itu, pengelola institusi pendidikan jangan terpukau masalalu,” kata Martaningsih yang berharap output generasi emas 2045 mendatang dibekali ketrampilan abad 21.
Di sisi lain, Dr H Khoiruddin Bashori, MSi, mengatakan, dalam dunia pendidikan guru berperan amat vital dalam menciptakan proses belajar yang berkualitas. “Dari proses yang berkualitas inilah diharapkan pendidikan berbekas pada anak didik dan pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan secara umum,” terang Khoiruddin Bashori.
Pada kesempatan itu, Khoiruddin Bashori mengajak kepala sekolah dan guru untuk lebih meningkatkan kualitas mental dan spiritual. “Guna menjadi pioner dan uswah bagi anak didik,” papar Khoiruddin Bashori.
Sekolah diberi tanggung jawab yang sangat besar untuk menjadikan anak didik menjadi anak panah Muhammadiyah dan kader pemimpin di masa depan.
Berkaitan hal itu, Cahyono, S.Ag, sampaikan rencana tindak lanjut (RTL) agar guru memberikan banyak contoh bersikap dan berperilaku.
Banyak peserta yang sangat antusias bertanya tentang RTL ini. Dan sudah seharusnya guru menjadi suri tauladan dalam bertindak. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow