Pembentukan Karakter Insan Kamil Pasca Pandemi Melalui Orang Tua
SLEMAN — Wabah corona sudah melanda dunia sejak tahun 2020, dan membuat sekolah dan universitas ditutup hingga batas waktu yang ditentukan oleh pemerintah pada dua tahun sebelumnya. Bahkan, untuk bisa melanjutkan proses pembelajaran sesuai dengan persyaratan kurikulum, siswa (siswa) bekerja di rumah. Pemanfaatan teknologi komputer dan media internet menjadi solusi untuk mewujudkan proses belajar di rumah bagi siswa. Ketika melakukan proses belajar anak di rumah, sehingga peran orangtua sangat dibutuhkan dalam mendukung proses belajar yang berlangsung.
Namun, terdapat permasalahan yang dihadapi oleh orangtua pasca untuk menjadikan anaknya agar sebagai insan kamil yang taat kepada Allah dan mengikuti sunnah Rasulullah serta berbakti kepada kedua orangtuanya, bangsa dan negara. Karena, sebaik-baik manusia itu adalah manusia yang bermamfaat bagi orang banyak. Permasalahan yang dirasakan oleh orang tua ketika masa pandemi diantaranya: 1). Sulitnya pengontrolan anak dalam belajar, 2). Anak sering melalaikan sholat, 3). Kurangnya pengontrolan emosi orang tua dalam mendampingi anak ketika proses pembelajaran secara on-lin, 4). Anak banyak yang melawan kepada kedua orangtuanya. 5). Anak banyak main game on-line dan bisa meng-akses yang belum lanyak untuk dikosumsinya.
Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan peran orangtua dalam mendidik anak agar anak tersebut sesuai dengan yang dicita-citakan oleh orangtuanya yaitu menjadi anak yang sholeh tentunya menjadi insan kamil. Oleh sebab itu, dari tim PKM FAI UAD berupaya untuk memberikan pencerahan kepada seluruh warga masyarakat yang ada di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman, tentang “Upaya Orangtua dalam membentuk karakter anak demi terwujudnya Insan Kamil pasca pandemi”.
PKM ini dilaksanakan oleh tim dosen PAI UAD dengan tema “Peran Orangtua dalam Membentuk Karakter Anak Pasca Pandemi Demi Terwujudnya Insan Kamil di Desa Sendangtirto, Berbah, Sleman”, hari Ahad (28/8), diikuti oleh warga Desa Sendangtirto yang memiliki anak usia 10-24 tahun (remaja), berjumlah 35 orang. Warga berantusias mengikuti kegiatan ini karena sangat ingin mengetahui bagaimana caranya menjadi orangtua yang mampu membentuk karakter anak sesuai dengan ajaran Islam dan tentunya perkembangan zaman.
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) sendiri dihadiri oleh 4 Dosen PAI Universitas Ahmad Dahlan yaitu bapak Dr. Yusutria, S.Pd.I., M.A, Dr. Yusron Masduki, S.Ag., M.Pd.I., Dr. Abdul Hopid, S.Pd.I., M.Ag, dan Dr. Sri Roviana, S.Ag., M.A,, serta perwakilan dari mahasiswa. Selain itu, dihadiri pula oleh bapak Priyaduana, S.E yang mewakili Pimpinan Ranting Muhammadiyah Sendangtirto Tengah.
Priyauduana mewakili PRM Sendangtirto Tengah menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim dosen PAI UAD yang telah melaksanakan acara ini serta terima kasih kepada peserta yang antusias mengikuti acara PKM. “Diharapkan, dengan adanya acara ini, para orang tua dapat lebih memahami cara membentuk karakter anak untuk mewujudkan insan kamil utamanya pada masa pasca pandemi saat ini yang mana penanganan anak dibutuhkan usaha yang lebih luar biasa lagi,” ujarnya.
Selanjutnya Yusron Masduki menyampaikan harapannya akan PKM ini, dapat memberikan solusi kepada para warga yang hadir untuk dapat membentuk karakter anak yang sholeh dan sholehah dan tercapainya keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Yusutria selaku ketua tim, juga menjelaskan jika orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam membantu, membimbing dan mendidik anak. “Sangat penting bagi keluarga untuk menjaga kesehatan mental anak-anaknya, terutama anak-anak kecil yang masih membutuhkan pengawasan orang tua apalagi pada masa pandemi,” jelasnya.
Ia beranggapakan, apabila orang tua mengabaikan kesehatan mental anak, maka dapat menyebabkan gangguan emosi yang mempengaruhi perilaku yang menghambat tumbuh kembang anak dalam proses belajar dan aktivitas sosial. Orangtua pastinya memiliki harapan kepada anaknya, ingin diarahkan seperti apa dan ingin dijadikan seseorang seperti apa anak-anaknya. Anak lahir di dunia dalam keadaan fitrah yang mana sudah dibekali dengan akal untuk berpikir akan masa depannya. Anak zaman dahulu dengan sekarang tentu dalam berbagai aspek terdapat perbedaan karena zaman yang dilalui pun berbeda.
Maka dari itu Yusutria mengingatkan untuk mendidik anak sesuai dengan zamannya agar tetap menjadi hamba Allah yang baik. Anak memiliki enam hak dalam Islam yaitu hak kejelasan nasab, hak hidup, hak ASI, hal asuh, hak pendidikan, dan hak kepemilikan harta.
“Dengan berbagai hak yang dimiliki oleh anak tersebut orangtua perlu untuk memenuhi agar dalam perkembangannya anak dapat lebih maksimal. Orangtua harus dapat menempatkan diri baik sebagai figur, fasilitator, pembimbing, dan lain sebagainya sehingga karakter anak dapat terbentuk dengan baik dan terwujudnya insan kamil,” tutur Yusutria.
PKM ini tentunya sangat berdampak positif bagi masyarakat dalam upaya orangtua dalam menghadapi permasalahan mendidik anak pasca pandemi, baik sebagai orangtua agar menjadi suritauladan bagi anak dan memberikan perhatian dalam membangun mental dan mengarahkan anak menjadi insan kamil. Hal ini membutuhkan kerjasama yang baik antara keluarga, masyarakat, dan pihak sekolah. (*)
Sumber: Tim Pengabdian UAD
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow