Momentum Gerakan Ta’awun untuk Negeri
YOGYAKARTA — Euforia semarak Milad Muhammadiyah ke-106, yang dimaknai sebagai momentum gerakan ta’awun untuk negeri, telah menggelorakan spirit bagi segenap lapisan warga persyarikatan Muhammadiyah.
Dalam rangka mengaktualisasikan spirit itu, Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menyelenggarakan kuliah umum dengan pembicara Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Kuliah umum yang berlangsung selama satu jam ini, berjalan sangat interaktif: diwarnai oleh semangat dan antusiasme peserta.
Dengan dipandu Farid Setiawan S.Pd, M.Pd.I, dosen Prodi PAI UAD Yogyakarta, acara ini dibuka oleh Dekan Fakultas Agama Islam UAD, H. Nur Kholis, S.Ag, M.Ag, Sabtu (15/12), bertempat di Masjid Islamic Center Komplek Kampus 4 UAD Yogyakarta.
Disampaikan Nur Kholis, kuliah umum ini rutin diselenggarakan setiap tahun dan diikuti oleh mahasiswa Prodi PAI. Kali ini, mahasiswa yang mengikuti kuliah umum ada 784 orang.
Kuliah umum yang menyoal ta’awun untuk negeri dan peran PAI dalam mewujudkan guru yang unggul dan profesional, diawali talk show dengan menghadirkan mahasiswa PAI UAD yang telah menjadi relawan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) untuk musibah bencana alam di Palu, Sulawesi Tengah.
Dalam talk show ringan ini, mahasiswa tersebut menyampaikan pemikiran inspirasi di balik munculnya keberanian dan kepekaannya atas musibah yang terjadi di Palu.
“Sehingga diharapkan mampu menginspirasi mahasiswa PAI lainnya,” terang Nur Kholis.
Sementara itu, Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, dalam kuliah umumnya menguraikan latar belakang dalam konteks kebangsaan, yang hendak disampaikan persyarikatan Muhammadiyah melalui pesan ta’awun untuk negeri, yang tengah marak digelorakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menyatakan, semestinya rakyat Indonesia tergerak untuk saling peduli dan berbagi. “Sehingga dapat meringankan beban saudara sebangsa atas segala musibah ini,” tandas Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, yang menegaskan tentang perlunya mengeratkan ukhuwah di tengah kontestasi politik yang dapat memicu konflik dan memperkeruh situasi nasional yang terjadi belakangan.
Lebih lanjut, Dr. Abdul Mu’ti menyatakan, spirit ta’awun untuk negeri merupakan sejarah lahir, tumbuh, dan berkembangnya Muhammadiyah di tangan KH Ahmad Dahlan. Yaitu, melalui pesan ta’awun yang terdapat pada QS. al-Ma’un.
Bagi Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed, Muhammadiyah dengan segala kerendahan hati, mengajak segenap lapisan persyarikatan Muhammadiyah untuk mengedepankan semangat ta’awun. “Demi keutuhan bangsa, meski berbeda pandangan dan kepentingan politik,” kata Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed.
Gerakan ta’awun untuk negeri juga menggelorakan terbentuknya gerakan pemberdayaan dalam rangka mengangkat harkat umat dan warga yang lemah menuju kehidupan khaira ummah yang berkecukupan melalui bidang pendidikan.
“Sehingga salah satu sumber kesenjangan sosial dapat dipotong mata rantainya secara sistemik,” kata Dr. Abdul Mu’ti.
Hal itu diperlukan adanya rekonstruksi konsep, pemikiran, dan parameter yang dapat didialogkan serta dirumuskan secara kolektif mengenai masalah-masalah krusial pendidikan. “Sehingga menghasilkan titik temu yang komprehensif dan solutif dalam kaitannya dengan upaya membangun peradaban bangsa melalui integritas seorang guru,” terang Abdul Mu’ti.
Pergumulan dialektika terkait berbagai macam upaya rekonstruksi sistem pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam, bagi Abdul Mu’ti, meningkatkan peranan eksistensi jiwa ta’awun kebangsaan, yang menjadi spirit bagi proses penanaman orientasi moral, spiritual, rasional, dan profesionalisme yang harus dimiliki oleh seorang guru.
“Sehingga upaya menginternalisasikan nilai ke dalam diri peserta didik menjadi semakin bermakna dalam bingkai kearifan melalui kehadiran guru yang berintegritas dan memiliki etos kerja unggul serta professional,” ujar Abdul Mu’ti, yang menekankan kemunculan guru-guru dengan spirit ta’awun yang diaktualisasikan dalam jiwa, pikiran, sikap, dan proses pendidikan yang berwawasan kenegarawanan akan menginspirasi seluruh lapisan masyarakat.
Diharapkan, hal itu dapat memberi perubahan yang bersifat kolektif dan sistemik. Dan mozaik ta’awun melalui aspek pendidikan yang direpresentasikan melalui keunggulan kompetensi dan profesionalisme para guru terhadap peserta didik di berbagai institusi pendidikan, akan saling bersinergi dan bergerak secara massif menuju tercapainya cita-cita Indonesia berkemajuan sebagaimana perspektif Muhammadiyah.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow