Jangan Seperti Bani Israil, Memilih Petunjuk Sekehendak Sendiri
-
- وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَقَفَّيْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ بِالرُّسُلِ ۖ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِوَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗاَفَكُلَّمَاجَاۤءَكُمْرَسُوْلٌۢ بِمَا لَا تَهْوٰىٓ اَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ ۚ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ
- وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ
- وَلَمَّا جَاۤءَهُمْكِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
YOGYAKARTA — Al Qur’an secara tegas menyebutkan bahwa kaum Bani Israil sukanya memilah-milah petunjuk Allah menurut kehendak sendiri, mana yang ingin dipercaya dan mana yang tidak. Memilih-milih yang menguntungkan sehingga mereka amalkan, dan yang tidak menguntungkan ditinggalkan.
Penjelasan itu disampaikan Dr. H. Nur Kholis, S.Ag., M.Ag. dari Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Dekan Fakultas Agama Islam UAD dalam Kajian Rutin Ahad Pagi secara virtual, Ahad (11/7) pagi. “Ini pelajaran bagi kita yang kadang-kadang melakukan atau bahkan sering melakukan hal tersebut,” katanya.
Allah hamparkan kisah Bani Israil itu agar menjadi pelajaran buat umat manusia agar tidak sampai melakukan hal sama. Meski begitu tetap ada yang sering melakukan hal serupa. Nur Kholis mencotohkan, terkait ibadah mengikuti perintah, namun ketika melakukan transaksi ekonomi dengan riba.
Dalam kajian bertema “Kutukan kepada Pendusta Petunjuk Allah” ia mengawali dengan pembahasan QS. Al Baqarah ayat 87:
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا مُوْسَى الْكِتٰبَ وَقَفَّيْنَا مِنْۢ بَعْدِهٖ بِالرُّسُلِ ۖ وَاٰتَيْنَا عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنٰتِوَاَيَّدْنٰهُ بِرُوْحِ الْقُدُسِۗاَفَكُلَّمَاجَاۤءَكُمْرَسُوْلٌۢ بِمَا لَا تَهْوٰىٓ اَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ ۚ فَفَرِيْقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيْقًا تَقْتُلُوْنَ
“Dan sungguh, Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami susulkan setelahnya dengan rasul-rasul, dan Kami telah berikan kepada Isa putra Maryam bukti-bukti yang nyata serta Kami perkuat dia dengan Rohulkudus (Jibril). Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh?”
Bani Israil sebenarnya punya kemungkinan menjadi orang paling shalih di antara hamba Allah, karena kepada mereka telah diturunkan Nabi Musa dengan Taurat sebagai kitabnya. Setelah Nabi Musa wafat masih diturunkan lagi nabi-nabi yang menyusuli untuk menjelaskan kembali kitab tersebut, sehingga bisa betul-betul jelas dan bisa diamalkan dengan baik. Nabi-nabi antara lain Daud, Sulaiman, Syu’aib, Ilyasa, Ilyas, Yunus, Zakariya, dan Nabi Yahya.
Nabi Isa, lanjut Nur Kholis, diberikan bukti oleh Allah untuk kerasulannya bisa menyembuhkan orang buta sehingga dapat melihat kembali, mampu mengobati berbagai macam penyakit, bisa menghidupkan orang mati. Nabi-nabi yang lain juga disebut kelebihan, karena memang masing-masing utusan Allah diberikan bukti-bukti yang nyata.
“Disebutnya Nabi Isa dalam ayat ini untuk memberikan satu penegasan bahwa nabi ini adalah pembawa kitab terakhir sebelum Al Qur’an, serta penegasan bahwa Nabi Isa ini adalah generasi utusan terakhir dari kalangan Bani Israil,” lanjutnya.
Mengapa setiap rasul yang datang kepadamu (membawa) sesuatu (pelajaran) yang tidak kamu inginkan, kamu menyombongkan diri, lalu sebagian kamu dustakan dan sebagian kamu bunuh? Pertanyaan tersebut, kata Nur Kholis, tidak untuk dijawab, tetapi sebagai penegasan dari Allah untuk menghinakan mereka.
Maka setiap datang satu utusan Allah yang membawa petunjuk dan tidak sesuai dengan keinginan dan hawa nafsu mereka, maka mereka menjadi angkuh sombong (membesarkan sesuatu yang tidak besar dan mengecilkan sesuatu yang sebenarnya besar). Bukan hanya menolak saja, namun dengan mendustakan dan sebagiannya dibunuh.
Ayat ke-88 selanjutnya berbunyi:
وَقَالُوْا قُلُوْبُنَا غُلْفٌ ۗ بَلْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيْلًا مَّا يُؤْمِنُوْنَ
“Dan mereka berkata, hati kami tertutup. Bahkan Allah telah melaknat mereka itu karena keingkaran mereka, tetapi sedikit sekali mereka yang beriman.”
Ayat ke-87 peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sedangkan ayat 88 ini dialihkan ceritanya kepada masa nabi Muhammad.
Nur Kholis menambahkan, maksud “hati kami tertutup” yaitu bahwa hati sudah dipenuhi petunjuk, sehingga tidak perlu lagi petunjuk.
Melaknat itu menjauhkan dari rahmat yang identik dengan kebahagiaan dan kesenangan. Meskipun demikian, Bani Israil juga ada yang beriman namun sedikit sekali.
Dalam ayat ke-89 disebutkan:
وَلَمَّا جَاۤءَهُمْكِتٰبٌ مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْۙ وَكَانُوْا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۚ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ مَّا عَرَفُوْا كَفَرُوْا بِهٖ ۖ فَلَعْنَةُ اللّٰهِ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ
“Dan setelah sampai kepada mereka Kitab (Al Qur’an) dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka sedangkan sebelumnya mereka memohon kemenangan atas orang-orang kafir, ternyata setelah sampai kepada mereka apa yang telah mereka ketahui itu, mereka mengingkarinya. Maka laknat Allah bagi orang-orang yang ingkar.”
Al Qur’an membenarkan apa yang ada pada Taurat dan injil, di antaranya tentang sifat-sifat Nabi Muhammad SAW nabi akhir zaman itu sudah ada dalam kitab mereka. Sebelum ayat ini turun/Nabi Muhammad mulai berdakwah, selalu memohon kemenangan demi nabi terakhir yang kelak akan diutus.
Dari ayat 87 sampai 89 memberikan pelajaran bahwa manusia harus selalu terbuka dengan kebenaran dari Allah SWT. Apabila telah mengetahui bahwa itu merupakan sebuah kebenaran, maka kemudian mengikuti kebenaran itu, jangan mengingkari. Jika hal itu terjadi, tegasnya, dapat menghadirkan laknat Allah SWT. (*)
Wartawan: Nizam Zulfa
Editor: Robby H. Abror
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow