Menjaga Diri dengan Sikap Takwa
YOGYAKARTA — Apabila hati diibaratkan tanah dan iman sebagai tanaman, maka siraman air adalah ilmu dan nasihat. Bisa kita bayangkan, bagaimana tanaman iman akan tumbuh sumbur tanpa siraman ilmu ataupun nasihat. Oleh karenanya, dalam suatu kelompok alangkah baiknya mengadakan taklim, berbagi ilmu, memberi nasihat, dan saling berwasiat dalam kebenaran maupun ketakwaan.
Tidak perlu lama, sedikit tapi rutin. Sebentar tapi bermakna, jauh lebih utama daripada tidak sama sekali. Inilah yang perlu kita upayakan, apalagi era kita sekarang ini yang penuh dengan godaan dan aneka tantangan. Bukankah saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran adalah salah satu inti ajaran Islam?
Bertakwalah di mana saja berada. Kalimat ini kembali disampaikan Ust. Andika Setyo Budi. Musyrif bidang Ibadah PERSADA. Pria yang yang juga ahli dalam urusan masak-memasak hingga berpetualang di pegunungan ini menyampaikan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jundub bin Junฤdah dan Muโฤลผ bin Jabal radhiyallฤhu โanhumฤ,
ุนููู ุฃูุจููู ุฐูุฑูู ุฌูููุฏูุจู ุจูู ุฌูููุงุฏูุฉู ููุฃูุจูู ุนูุจูุฏู ุงูุฑููุญูู ููู ู ูุนูุงุฐู ุจููู ุฌูุจููู ุฑูุถููู ุงูููู ุนูููููู ูุง ุนููู ุฑูุณูููู ุงูููู ๏ทบ ููุงูู: ุงุชูููู ุงูููู ุญูููุซูู ูุง ููููุชูุ ููุฃูุชูุจูุนู ุงูุณูููููุฆูุฉู ุงูุญูุณูููุฉู ุชูู ูุญูููุงุ ููุฎูุงูููู ุงููููุงุณู ุจูุฎููููู ุญูุณููู
โฆ Bertakwalah kamu kepada Allah SwT di mana saja kamu berada, dan iringilah setiap keburukan dengan kebaikan yang akan menghapuskannya. Serta pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik. (HR. Tirmidzi).
Hal itu disampaikan saat kultum bada shalat shubuh di Masjid Islamic Center UAD, Jum’at (18/6/2021).
Sebagai manusia biasa tidak selamanya kita taat dan patuh pada aturan Allah Swt dan Rasul-Nya. Adakalanya khilaf, terjerumus dalam kemaksiatan, berbuat salah dan dosa. Tentunya hal tersebut sebagai akibat dari kolaborasi yang sempurna antara bisikan syaitan dan kejahatan hawa nafsu. Sungguh beruntung orang yang mampu berperang dan menang atas dua hal tersebut.
Istilah takwa yang juga sering disampaikan khatib setiap Jum’at ini memiliki kata dasar yakni waqฤ – yaqฤซ yang berarti ketaatan dan kesetiaan. Sehingga takwa ini boleh juga dimaknai dengan sikap taat dan setia terhadap perintah Allah SwT. Perintah Rasulullah tersebut merupakan turunan dari perintah Allah SwT, sebagaimana termaktub dalam QS. Ali Imran: 102, QS. At-Taghabun: 16, QS. Al-Ahzab: 70.
Kemudian balasan dari ketakwaan disebutkan dalam QS. Al-Anfal: 29, QS. Ath-Thalaq: 2-3, QS. Ali Imran: 136 antara lain: diberikan furqฤn, ditutupi segala kesalahan, diampuni dari dosa, diberikan jalan keluar, diberikan rezeki dari arah yang tidak terduga, surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan masih banyak lainnya.
Begitupun ciri-ciri orang bertakwa juga disebut dalam banyak ayat di Al Qur’an. Dua di antaranya disebutkan dalam awal QS. Al Baqarah dan pertengahan QS. Ali Imran. Beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, menunaikan zakat, mengeluarkan infak, beriman kepada kitab-kitab Allah, kepada hari akhir (QS. Al-Baqarah: 3-4), tetap berinfak di kala lapang maupun sempit/suka maupun duka, menahan amarah, memaafkan kesalahan orang lain, bersegera mengingat Allah ketika berbuat keji atau dzalim, memohon ampun kepada-Nya serta tidak meneruskan perbuatan keji atau dhalim tersebut, (QS. Ali Imran: 134-135).
Kembali ke nasihat yang disampaikan Ust. Andika, menekankan tiga point utama yang dapat diambil dari hadis tersebut, antara lain:
Bertakwa kepada Allah SwT di mana saja berada.
“Kapanpun dan di manapun, kita mesti berusaha untuk menghadirkan perilaku takwa ini,” tegasnya.
Ikutilah keburukan dengan kebaikan.
“Dengan kita melakukan kebaikan, baik itu menolong sesama, bersedekah, maupun kebaikan lain pada umumnya, maka kebaikan tersebut akan menghapus kesalahan yang kita lakukan,” imbuhnya.
Pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.
Tidak bisa dipungkiri bahwa kita adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup (tanpa izin Allah SwT) kemudian orang lain. Kita membutuhkan orang lain, kita bisa terbebas dari rasa dingin, adalah buah dari para penjahit yang membuat pakaian yang kita kenakan.
Kita tidak merasa lapar sebab kita bisa makan nasi dari beras atau padi yang para petani tanam. Kita bisa melakukan ini dan itu, pekerjaan menjadi ringan juga tidak lain atas bantuan sesama. Maha Besar Allah SwT yang telah mengatur semua ini. Maka dari itu, bergaul dengan akhlak yang baik adalah keniscayaan. (*)
Ditulis oleh Diyan Faturahman
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow