Dosen Teknik Industri UAD Adakan PPM di Piyungan Bantul

Dosen Teknik Industri UAD Adakan PPM di Piyungan Bantul

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Dosen Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan (UAD)  Yogyakarta terdiri dari Dr Tri Budiyanto, MT, Annie Purwani, STP, MT dan Reni Dwi Astuti, STP, MT melaksanakan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) di Bank Sampah Bersih Bersama Karanganom, Piyungan, Bantul, pada 14 Oktober 2020 lalu.

Kegiatan tersebut untuk meningkatkan kesadaran warga dalam pengelolaan sampah, meliputi pengurangan sampah dari rumah tangga (reduce) dan pengolahan limbah kemasan sachet (recycle).

Advertisement
Scroll To Continue with Content

“Ternyata masih banyak warga masyarakat yang kurang peduli terhadap banyaknya limbah yang ada di sekitar lingkungannya, baik limbah organik maupun anorganik,” kata Dr Tri Budiyanto, MT, Ahad (6/12/2020).

Menurutnya, warga juga tidak banyak memahami jenis limbah yang berpotensi merusak lingkungan. “Ketidakpedulian terhadap bahaya limbah ini berawal dari ketidakpahaman,” papar Tri Budiyanto.

Untuk itu, dalam Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) ini, Dosen Teknik Industri Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta mengimbau kepada masyarakat soal banyaknya volume limbah yang dibuang di lingkungan dengan segala jenisnya serta dampaknya bagi lingkungan sekitar secara umum.

Tidak sedikit dari berbagai jenis limbah tersebut yang dihasilkan dari rumah tangga, seperti limbah elektronik meliputi baterai gadget, alat-alat elektronik, dan sebagainya, limbah plastik, minyak goreng bekas, kertas, dan food waste.

“Peran masyarakat dibutuhkan untuk turut mengatasi permasalahan sampah ini, di antaranya dengan mengurangi sampah dari rumah tangga atau reduce dan melakukan daur ulang atau recycle,” papar Annie Purwani, STP, MT.

Ditambahkan Reni Dwi Astuti, STP, MT, dalam penyuluhan tersebut juga dijelaskan dampak berbagai jenis sampah bagi lingkungan. “Disampaikan bahaya plastik yang dapat merusak organ tubuh manusia, memicu kanker, merusak sistem syaraf hingga depresi,” kata Reni Dwi Astuti.

Bagi Reni, limbah elektronik yang ada potensi mengandung logam berbahaya seperti timbal, cadmium atau mercuri dapat merusak kesehatan manusia. “Limbah organik selain menimbulkan polusi udara karena bau yang menyengat, juga menyebabkan banyak penyakit,” katanya.

Limbah organik yang menumpuk, dikatakan Reni Dwi Astuti, juga dapat menghasilkan gas metana yang menimbulkan kebakaran dan dapat merusak lapisan ozon.

Sedangkan limbah kertas, sekalipun mudah terurai, namun pembuatan kertas telah mengurangi hutan secara cepat. “Produksi daur ulang kertas juga menjadi dilema karena penggunaan bahan-bahan kimia dalam prosesnya, sehingga menghasilkan limbah yang berbahaya juga jika tidak dikelola dengan benar,” tandasnya.

Dalam kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat ini, dosen UAD Yogyakarta juga menguraikan bagaimana cara masing-masing individu berkontribusi dalam mengurangi sampah.

“Untuk sampah plastik dapat dikurangi dengan membawa tas belanja dari rumah, tidak menggunakan sedotan plastik, membawa botol minum sendiri, dan sebagainya,” urai Reni Dwi Astuti.

Diterangkan oleh Reni, food waste dapat diminimalisir dengan tidak berlebihan dalam berbelanja dan menyetok persediaan bahan makanan, memasak secukupnya, memanfaatkan sisa makanan untuk kompos atau pakan ternak, mengambil makanan secukupnya, dan sebagainya.

“Pengurangan limbah elektronik dapat diupayakan dengan tidak sering berganti-ganti alat elektronik hanya karena mengikuti tren, mendonasikan alat elektronik yang sudah tidak dipakai, menyewa alat jika penggunaannya hanya sekali, menyimpan data secara online, dan sebagainya,” katanya.

Sedangkan untuk limbah kertas dapat dikurangi melalui penggunaan kertas bekas untuk keperluan tertentu. Selain itu membiasakan penggunaan fasilitas online atau digital, memilih kertas yang tepat untuk penggunaan tertentu, dan lain-lain.

Adanya penyuluhan yang disampaikan Dosen Teknik Industri UAD Yogyakarta ini, warga masyarakat dan anggota bank sampah menjadi paham dan lebih peduli lagi dengan cara mengurangi sampah.

Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan sampah kemasan sachet dilakukan dengan pelatihan pembuatan aneka kerajinan dari kemasan sachet.

Kemasan sachet yang dianyam secara rapi itu dapat dirangkai menjadi tas, dompet, wadah pot, dan lain-lain.

Selama ini limbah kemasan sachet tidak dapat dijual kepada pengepul karena daur ulangnya tidak mudah dilakukan dalam skala industri. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan penyusun sachet cukup beragam dan tidak mudah dalam melakukan proses pemisahan bahan menurut jenisnya. Walhasil, limbah kemasan sachet sejauh ini hanya dibuang begitu saja atau dibuat kerajinan.

Limbah kemasan sachet ini jika dibuat kerajinan dengan rapi akan cukup menarik dan layak dimanfaatkan, baik untuk keperluan pribadi maupun dijual.

Setelah ikuti pelatihan ini, warga masyarakat diharapkan mampu membuat kerajinan dari kemasan sachet yang dianyam, kemudian dirangkai menjadi tas, keranjang, dompet, dan lain-lain. (*\)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow