Terungkapnya Kasus Perjokian di UAD Yogyakarta

Terungkapnya Kasus Perjokian di UAD Yogyakarta

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTA — Setelah perjokian ujian tulis terjadi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada tahun 2017 lalu, kini hal itu terulang lagi di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Terbongkarnya kasus perjokian itu berkat kecekatan petugas dan pengawas ujian tulis PMB UAD ketika berlangsung. Dan fakultas favorit yang jadi praktik perjokian adalah Fakultas Kedokteran.

Rektorat Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta berhasil mengungkap praktik perjokian pada penerimaan mahasiswa baru (PMB) UAD Yogyakarta tahun akademik 2018/2019.

Awal mula ada informasi, perjokian di UAD Yogyakarta masih sangat marak dan akan sulit dideteksi pengawas. Karena, modusnya menanamkan chip ke dalam telinga.

Ditengarai, ada pihak-pihak yang memanfaatkan situasi atas tingginya minat diterima sebagai mahasiswa lewat cara tidak terpuji. Dan yang paling banyak diminati, terutama Fakultas Kedokteran UAD Yogyakarta.

Karena persaingan tinggi, dimanfaatkan para joki dengan menggunakan earpiece dan smartphone yang dimodifikasi menjadi alat pendukung kecurangan.

Seperti disampaikan Dr Wahyu Widyaningsih, MSi, Apt, Kabiro Akademik dan Admisi UAD, saat ini joki ikuti perkembangan baru dalam penerimaan mahasiswa baru. Hal itu terungkap ketika peserta PMB UAD Yogyakarta, khususnya di FK UAD gelombang ketiga pada Minggu (29/7/2018), ada yang gunakan perangkat canggih dan terdeteksi oleh pengawas.

Menurut Wahyu, alat canggih yang digunakan itu berupa alat pemancar disertai earpiece dan smartphone untuk komunikasi antara peserta dengan joki.

Rektor UAD, Dr H Kasiyarno, M.Hum, menjelaskan, di Fakultas Kedokteran UAD pendaftarnya mencapai 626 orang. “Padahal, yang diterima hanya lima puluh orang,” tandas Kasiyarno, yang menambahkan pihaknya dalam PMB itu sangat ketat dan selektif. “Ini menunjukkan kalau kami serius,” tandas Kasiyarno, hari ini.

Berkaitan praktik perjokian yang terbongkar di UAD Yogyakarta, Kasiyarno menegaskan hal itu tidak ada “orang dalam” yang terlibat. “Kalau ada yang terlibat bisa berat urusannya,” kelakar Kasiyarno, didampingi Wakil Rektor II Drs Safar Nasir, MSi.

Diketahui, pada PMB UAD ada 9 orang peserta — dari 15 orang yang dicurigai — yang diduga menggunakan jasa joki bila merujuk peralatan yang dibawa peserta. Semula hanya ada 7 orang yang dipergoki pengawas karena gunakan earpiece saat dilakukan pemeriksaan.

Waktu itu, seperti dijelaskan Wahyu Widyaningsih, ada satu orang yang sembunyikan smartphone di balik jaket yang dikenakannya dengan sangat rapi: lengkap dengan lobang di jaket untuk lensa. “Diduga itu untuk memotret lembar jawaban untuk dikirim ke joki,” kata Wahyu.

Selain itu, ada pula peserta yang ketahuan membawa aki dan pemancar di dalam tas. “Kemungkinan, itu untuk menyampaikan jawaban kepada peserta lain,” terang Wahyu lagi.

Kasus perjokian di UAD Yogyakarta itu, awal mula joki mendekati peserta yang mendaftar PMB UAD. Kemudian, diiming-imingi akan lolos. Dan setelah lolos joki pun minta bayaran antara puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Setelah disepakati, mereka ditentukan titik kumpulnya untuk diberi alatnya berupa earpiece. Alat itu “ditanam” sangat dalam di telinga peserta. “Sehingga tidak terlihat dari luar,” terang Wahyu Widyaningsih, yang menambahkan untuk keluarkan alat itu harus gunakan magnet.

Di sisi lain, seperti disampaikan Imam Azhari, SSi, MSc, pakar IT UAD dan Kabid Administrasi dan Evaluasi Akademik, alat yang digunakan joki itu banyak dijual di pasaran. “Dan joki dengan mudahnya mendapat alat yang sudah dimodifikasi itu sehingga tidak tampak sebagai alat komunikasi,” kata Imam Azhari, yang menjelaskan jaringan joki itu cukup rapi.

Berkaitan apa yang telah terjadi di UAD Yogyakarta, Rektor UAD, Dr H Kasiyarno, M.Hum, telah melakukan tindakan tegas bagi peserta yang tertangkap dari Sumatera, Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi dengan menyatakan tidak lolos seleksi. “Kebanyakan mereka itu adalah perempuan,” papar Kasiyarno.

Setelah terbongkarnya praktik perjokian dan untuk memperketat pengawasan, kini dilakukan pemeriksaan fisik. Hal itu untuk meminimalisir praktik curang dalam PMB UAD Yogyakarta.

Perlu diketahui, peserta yang diterima menjadi mahasiswa FK UAD Yogyakarta membayar sumbangan pendidikan Rp 200 juta dan sumbangan jariyah sebesar Rp 75 juta. “Meski fakultas baru, UAD serius dalam seleksi calon mahasiswa. Dan, hanya calon mahasiswa yang unggul saja yang bisa masuk UAD Yogyakarta,” pungkas Kasiyarno. (Affan)

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow