Technopreneur Bukan Sekedar Bisnis Berorientasi Profit

Technopreneur Bukan Sekedar Bisnis Berorientasi Profit

Smallest Font
Largest Font

YOGYAKARTAStartup, menurut definisi yang diberikan oleh Forbes, adalah usaha bisnis yang baru muncul dengan tujuan untuk mengembangkan model bisnis yang layak untuk memenuhi kebutuhan atau masalah pasar. Dewasa ini startup menjadi sebuah fenomena yang menyebar secara massif di berbagai wilayah dunia, dan di Indonesia sendiri jumlahnya telah mencapai 2.079 berdasarkan informasi yang diberikan oleh situs Startup Rangking. Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi keempat di bawah Amerika Serikat dengan 46.627, India 6.192, Inggris 4.909 dan Kanada 2.485 start up

Hal tersebut kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda yang cenderung memiliki dorongan untuk berkontribusi. Untuk memberikan wawasan untuk bagaimana memulai startup, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) bekerjasama dengan Tebar Bisa Foundation (TBF) melaksanakan sebuah seminar dengan tema technopreneur.  Seminar yang disponsori oleh Ben-Q tersebut diselenggarakan dengan judul Why Should You Do Startup Right Away dan dilaksanakan pada hari Senin (18/3) di Ruang Amphitheater Gedung KH Ibrahim UMY.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Disampaikan oleh Donni Prabowo, Business and Partnership Director di Amikom Business Park, bahwa dalam memulai startup aspek paling penting adalah menentukan tujuan. “Menurut saya, startup bukan hanya sekedar bisnis yang menjadikan profit sebagai tujuan utama, tapi juga merupakan sebuah usaha untuk menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat kita. Untuk Indonesia, ini merupakan sebuah peluang besar bagi anda karena negara ini merupakan sebuah wilayah yang sangat besar dengan banyak “masalah” yang harus diselesaikan. Awali dengan berempati dengan “masalah” tersebut dan cobalah untuk mendefinisikannya dengan sejelas mungkin, mulai dari akar masalah hingga solusi awal yang anda miliki,” ujarnya.

Donni menjelaskan ketika masalah sudah teridentifikasi dengan jelas, baru dilanjutkan dengan merumuskan ide startup dan kemudian memproduksi purwa rupa yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna. “Apapun startup yang anda jalankan, selalu buat produk minimum yang layak pakai sebagai purwa rupanya. Karena proses riset yang dilakukan startup dalam menghasilkan produk yang solutif adalah melalui trial and error serta respon dari customer. Input yang didapatkan dari percobaan tersebut yang kemudian jadi bahan untuk melakukan perbaikan dan inovasi. Intinya jangan berasumsi, selalu lakukan validasi; baik dari masalah; pasar; produk; bahkan kemauan untuk membayar produk yang kita hasilkan,” jelasnya.

Proses di atas merupakan hal yang juga dilakukan oleh Fahrudin Hasan, Founder & CEO dari Ichibot, sebuah startup yang memproduksi mainan untuk anak muda. “Startup ini berawal dari perhatian kami terhadap perkembangan teknologi digital yang berkembang dalam industri mainan yang umumnya mengincar anak dan remaja. Banyak dari mainan tersebut menggunakan sedikit sekali fungsi motorik tubuh dan menghabiskan waktu dengan gerakan yang pasif, misal pada berbagai produk online game pada gawai. Kami ingin membuat mainan yang membuat penggunanya lebih aktif bergerak dan juga mengembangkan kreatifitas di saat yang sama, dari sini kemudian Ichibot lahir. Produk ini merupakan line tracer robot yang dapat dimodifikasi dengan bebas oleh pengguna, di samping mengharuskan untuk bergerak lebih mainan ini juga dapat meningkatkan psikomotorik otak,” ujar Hasan.

Hasan menyebutkan dalam mengelola dan menjaga startup untuk tetap berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. “Startup bukan hanya soal mencari profit, tapi juga menyelesaikan masalah ekonomi dan sosial yang ada di sekeliling kita dengan menjadi technopreneur. Untuk itu anda harus membangun tim yang solid agar dapat selalu bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan dan juga memiliki rencana bisnis yang matang. Jalan untuk mencapai itu mungkin akan sangat berat, karenanya konsistensi jadi kunci utama dalam startup,” ujarnya. Pada acara ini juga dilaksanakan peluncuran program Start Up Run UMY yang dinaungi oleh Student Entrepreneurship and Business Incubator (SEBI) UMY bekerja sama dengan TBF. Start Up Run UMY tersebut merupakan inkubasi bisnis mahasiswa UMY yang berbasis IT. Harapannya melalui ini, technopreneur di UMY dapat berkembang dengan pesat dan juga mampu menaungi ide serta kreatifitas mahasiswa.


Biro Humas dan Protokol
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Ringroad Selatan Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta 55183 Telp. 0274 387656 ext 115 | Fax. 0274 387646 | Web. www.umy.ac.id

Editors Team
Daisy Floren

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow