Lahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah, FKIP UAD Buka Prodi Pendidikan Doktor
YOGYA - Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kini memiliki program studi (prodi) terbaru, yakni Pendidikan Doktor di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Kepastian ini diperoleh setelah terbitnya Surat Keputusan Mendikbudristek Dikti Nomor 934/E/O/2023.
Sebagai bentuk rasa syukur, FKIP UAD menggelar 'Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah' pada Kamis (11/1) di Amphitarium Fakultas Kedokteran UAD. Sarasehan dihadiri beberapa Majelis dan Lembaga PP Muhammadiyah dan 'Aisyiyah, Pimpinan Wilayah Muhammadiyah dan 'Aisyiyah DI Yogyakarta, Civitas Akademika UAD, dan tamu dari perguruan tinggi di DIY.
Diluncurkannya prodi terbaru ini menjadi yang pertama kalinya bagi UAD setelah 63 tahun berdiri. Terutama dalam upaya UAD, dalam hal ini FKIP untuk melahirkan para pemikir pendidikan Muhammadiyah.
"Melalui sarasehan (dan prodi Pendidikan Doktor) kita ingin melahirkan para pemikir pendidikan Muhammadiyah," kata Dekan FKIP UAD, Muhammad Sayuti, M.Ed., M.Pd., Ph.D.
Sayuti memaparkan Muhammadiyah memerlukan banyak pemikir untuk urusan pendidikan. Tidak hanya untuk pendidikan Muhammadiyah saja, tetapi juga Islam dan Indonesia. Terlebih, sejak berdiri pada 18 November 1912, Muhammadiyah telah berkontribusi dalam pendidikan Islam dan Indonesia.
Maka, FKIP UAD menilai pemikir pendidikan ini menjadi kebutuhan Muhammadiyah untuk berkontribusi dalam kebijakan pendidikan di Indonesia. "Apalagi, dengan privilege sejarah sebelumnya, orang Muhammadiyah harusnya berkontribusi dalam mengarahkan pendidikan Indonesia," tambah Sayuti.
Hak untuk dapat mengarahkan itu masuk akal dengan kontribusi pendidikan dari Muhammadiyah. Saat ini, jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah kini mencapai angka 172. Sedangkan, jumlah sekolah / madrasah berjumlah 5.890.
Bahkan, tidak hanya berdiri di Indonesia saja, sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah juga telah berdiri di negara lain macam Malaysia dan Australia.
"Yang telah melahirkan kampus pertama di luar negeri dan pertama kali dalam sejarah Republik Indonesia yang bisa bikin kampus di luar negeri ternyata Muhammadiyah," ujar Sekretaris PP Muhammadiyah itu.
Oleh karenanya, dengan adanya Prodi Pendidikan Doktor, dapat melahirkan para pemikir pendidikan Muhammadiyah yang berkemajuan. Dalam rangka berkontribusi untuk kemajuan pendidikan di Muhammadiyah maupun di Indonesia.
Usai pembukaan, sarasehan berlanjut dengan pemaparan materi dari 4 narasumber, yakni Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, Prof. Dr. M. Amin Abdullah, M.A., Prof. Mohamad Ali, M.Pd., dan Prof. Suyanta, Ph.D. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow