Teknik Industri UAD Ajak Warga Tanjungharjo Manfaatkan Barang Bekas Jadi Produk Bernilai
KULONPROGO – Mayoritas penduduk Tanjungharjo adalah adalah petani dan pelaku UMKM. Meski begitu, daerah ini memiliki potensi wisata, baik alam maupun kuliner yang tentunya sedang banyak digemari oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Perlunya bimbingan dan pengawasan terhadap pemanfaatan segala potensi untuk kemajuan wilayah.
Apalagi, UMKM merupakan salah satu basis ekonomi rakyat yang selalu digalakkan oleh pemerintahan Kapanewon Nanggulan. UMKM di Tanjungharjo cukup banyak, mulai dari batik, kerajinan serat alam, dan kuliner khas daerah. Salah satu bentuk pendampingan adalah dengan pemanfaatan barang bekas menjadi produk inovasi yang dapat dijual di daerah wisata sehingga bisa menambah penghasilan masyarakat. Di sisi lain, banyak potensi wilayah yang belum tersentuh untuk dapat digunakan kembali menjadi produk baru sehingga mempunyai nilai tambah.
Inilah salah satu alasan dilaksanakannya program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) di Tanjungharjo. Dengan memanfaatkan barang bekas, tentu akan mengurangi jumlah sampah, menambah penghasilan dan menjaga kebersihan lingkungan. Melihat peluang tersebut, pada Rabu (21 Muharram 1445 bertepatan 9 Agustus 2023), Isana Arum Primasari, ST., MT yang merupakan Dosen Teknik Industri melaksanakan pelatihan pemanfaatan barang bekas menjadi produk inovatif di Balai Desa Tanjungharjo.
Pelatihan dihadiri Dukuh Tanggulangin, Dukuh Klajuran, Dukuh Kemukus, Kelompok Tani, dan KWT. Diawali dengan sosialisasi pengetahuan terkait jenis sampah serta berbagai barang inovasi yang dapat dihasilkan dan bernilai jual tinggi. Tidak semua sampah adalah residu bahkan banyak yang multi guna bagi kehidupan sehari-hari sehingga perlu dilakukan pendampingan dalam pengolahannya. Sosialisasi tersebut mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya membuat kreasi mandiri dari berbagai sampah yang ada di sekitar lingkungan.
Selanjutnya, peserta diberi pelatihan pembuatan pestisida nabati dari daun pepaya dan pembuatan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Pemanfaatan daun pepaya menjadi pestisida nabati akan mengurangi penggunaan pestisida beracun yang dapat berdampak buruk kepada kesehatan. Pestisida nabati dapat dibuat sendiri menggunakan bahan yang murah dan mudah dalam pembuatannya.
Lewat pelatihan ini, Kelompok tani dan KWT sangat terbantu dengan pelatihan ini karena tidak perlu membeli pestisida lagi. Barang bekas lain yang di rumah tangga dan sering bermasalah karena kesulitan membuang adalah minyak jelantah. Mijel ini bisa digunakan untuk membuat lilin aroma terapi yang manfaatnya bisa digunakan sebagai pengganti lampu saat padam, menyegarkan karena ada aroma terapi yang dihirup dan juga dapat dijual sebagai suvenir di tempat wisata. Masyarakat terlihat sangat antusias mengikuti pelatihan hingga selesai bahkan banyak yang ingin langsung mempraktekkannya di rumah masing-masing.
Banyak diskusi dihasilkan sebagai bentuk respon positif dari masyarakat terhadap manfaat dari semua pelatihan yang diikuti. Hasil pelatihan tersebut dapat menunjukkan peningkatan keterampilan masyarakat dalam memanfaatkan sampah dari lingkungan sendiri dan kembali digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dapat ditarik kesimpulan bahwa program PKM ini dapat menjadi percontohan dalam peningkatan pemberdayaan dan inovasi masyarakat dengan pemanfaatan potensi wilayah untuk memenuhi kebutuhanya sendiri baik kebutuhan sehari-hari maupun petani dan UKM. (*)
Berita ini diterima mediamu.com
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow