PANCASILA JEMBATAN KEMAJEMUKAN INDONESIA
YOGYAKARTA — Berdasarkan sejarah, perumusan teks proklamasi dan juga Pancasila merupakan proses pengambilan keputusan yang mengikat seluruh peserta yang terlibat di dalamnya.
Proses ini melibatkan seluruh perwakilan dari berbagai kelompok yang ada di Indonesia saat itu. Namun, yang paling menonjol di dalam perwakilan itu, adalah kelompok modernis Islam yang merupakan cikal-bakal dari Muhammadiyah saat ini.
Hal tersebut disampaikan Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Yudi Latif, MA, PhD, dalam kuliah umum yang diadakan di ruang auditorium E7 Gedung KH Ibrahim Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), hari ini.
Kegiatan mengangkat tema “Islam dan Pancasila sebagai Inspirasi Maju Indonesia Kita” diselenggarakan dengan kerjasama antara Program Studi Doktor Politik Islam-Ilmu Politik, Magister Ilmu Pemerintahan, Magister Ilmu Hubungan Internasional Pascasarjana, S1 Hubungan Internasional, Ahmad Syafi’i Ma’arif School of Political Thought and Humanity UMY dan UKP-PIP Republik Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Yudi menyebutkan bahwa Pancasila merupakan sebuah jembatan yang mampu menghubungkan seluruh perwakilan yang ada di Indonesia. “Negara ini adalah contoh konkret untuk kemajemukan suatu bangsa, dan hal itu menjadikan Indonesia sebagai wadah pertarungan untuk berbagai macam ideologi yang mewakili kemajemukan,” kata Yudi.
Menurut Yudi, Pancasila masuk sebagai sebuah perantara yang mampu menjadi ciri kebersamaan di tengah-tengah perbedaan yang ada.
Yudi menyebutkan, dalam perumusan Pancasila, kelompok modernis Islam memiliki peran yang vital dalam pembentukannya. “Menurut saya, kondisi Indonesia yang majemuk ini serupa dengan keadaan Madinah di zaman Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam di mana saat itu kota Madinah tidak hanya dihuni oleh pemeluk Islam, namun juga oleh Yahudi dan Nasrani,” papar Yudi.
Posisi Pancasila ini, menurut Yudi, serupa dengan Perjanjian Madinah yang memiliki karakteristik berupa keadilan yang menyeluruh bagi seluruh pihak yang terikat olehnya.
Lebih lanjut, Yudi menjelaskan, Pancasila dan Islam memiliki titik temu dalam prinsipnya. “Suka atau tidak suka, elemen terpenting dalam kesepakatan perumusan Pancasila berasal dari paham Islam modernis Muhammadiyah melalui keterlibatan berbagai tokoh seperti Ki Bagus Hadikusumo hingga Ir. Soekarno,” kata Yudi.
Menurut Yudi, Indonesia memang bukan negara Islam, namun kita sepakat bahwa Indonesia merupakan negara religus. “Dan hal ini yang disepakati bersama oleh seluruh perwakilan saat itu dengan lahirnya sila pertama kita,” jelas Yudi.
Yudi pun menyebutkan bahwa Pancasila adalah prinsip yang diolah dan dirumuskan berdasarkan nilai-nilai yang berasal dari Indonesia. ” Sehingga tidak ada pertentangan antara Pancasila dengan nilai-nilai Islam,” pungkas Yudi. (Affan)
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow