DIBA #3: Pentingnya Perspektif Gender dalam Penanganan Bencana
SLEMAN – Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mengadakan Diskusi Bulanan tentang ‘Aisyiyah (DIBA), Kamis (28/10). Edisi ke-3 dengan tema “Aisyiyah, Perempuan, dan Kebencanaan” menghadirkan narasumber Rahmawati Husein, Ph.D., (Wakil Ketua MDMC PP Muhammadiyah) dan Elis Zuliati Anis, M.A. (kandidat Ph.D University of Western Australia).
Menurut Rahmawati Husein, penanganan bencana di Indonesia masih sering dijumpai beda cara pandang dari segi gender. Perempuan menjadi humanity effort karena terlihat rentan sehingga dapat menimbulkan empati masyarakat.
Disebut rentan karena beberapa hal. Salah satunya, perempuan dipandang sebagai satu-satunya orang yang bertanggungjawab atas keselamatan keluarga mereka, terutama anak-anak.
Perempuan juga rentan untuk merasa bersalah atau hidup mereka tidak berharga jika tidak mampu menyelamatkan nyawa anak-anak, dan dan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan pada keluarganya.
Rachmawati menambahkan, perempuan rentan akan kekurangan dalam hal akses terhadap sumber daya, jaringan sosial, dan pengambilan keputusan.
Di posko bencana atau tempat pengungsian, Rahmawati sering menjumpati banyak laki-laki kurang memahami dan memenuhi kebutuhan khusus perempuan. Misalnya, family kit tidak memperhatikan kebutuhan perempuan, ruang khusus perempuan untuk menyusui, berganti pakaian, MCK tidak dibedakan, dan tenda kurang pantas atau bercampur serta sempit.
“Di tempat pengungsian juga tidak ada privasi dan keamanan bagi perempuan sehingga mendorong terjadinya kekerasan terhadap perempuan,” ucap Rahmawati.
Dari sisi tenaga kesehatan, jumlah perempuan juga tidak memadai, baik dokter, perawat, dan lainnya.
Menurut Rahmawati, hal tersebut membuat para korban perempuan jadi tidak terdorong untuk mengakses layanan khusus mengenai masalah perempuan itu sendiri, misalnya KB dan kesehatan reproduksi.
Supaya bisa mengatasi masalah tersebut, kata Rahmawati, penting bagi organisasi kemanusiaan bidang perempuan seperti ‘Aisyiyah untuk menanamkan kesadaran bagi perempuan mengenai kebencanaan di lingkungannya. Termasuk dengan menggandeng amal usahanya dalam hal peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan institusiona.
Hal tersebut mulai pembuatan dan penerapan regulasi serta membuat pelatihan kepemimpinan dan ketrampilan untuk penanganan bencana bagi perempuan, terutama di ‘Aisyiyah.
Sementara itu, Elis Zuliati menyorot kebencanaan dari segi media dan publikasi. Ia melihat, perempuan dan anak-anak selalu menjadi representasi ideal dari korban bencana bagi sebagian besar media massa. Terutama dalam pengambilan foto di lokasi bencana.
Hal tersebut, karena tidak ada ketidakjelasan terkait privasi dalam pengambilan foto di lokasi bencana. Dengan memuat foto penderitaan korban akan menimbulkan kesalahpahaman dari luar negeri mengenai penanganan bencana.
Elis menekankan pentingnya keberadaan organisasi perempuan seperti ‘Aisyiyah untuk menggagas sebuah media alternatif guna memberikan gender perspective dalam pemberitaan tentang bencana. (*)
Wartawan: Dzikril Firmansyah Atha Ridhai
Editor: Affan Safani Adham
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow